Mohon tunggu...
Ainul Hidayah
Ainul Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - . .

Berbaris rapi lah bersama diksi, niscaya engkau abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Maya dalam Bias Cahaya

14 November 2020   13:25 Diperbarui: 14 November 2020   13:55 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: wsduniya.com


Kupandangi sekali lagi cincin polos dijemari manis kiri ku , aku mengutuk beberapa kali gerimis yang menggantung di pelupuk mataku . Sepucuk undangan merah jambu , yang  menghempaskan beberapa rasa teduh dihatiku , Aku yang terlalu dini mendermagakan cinta kini telah hanyut dalam pahit rasa kecewa.

Trenggalek , 12 Nopember 2020.

________________________________________________________

Namaku Anita , aku kini sudah menginjak kepala dua dan baru beberapa bulan lalu sudah menyelesaikan studiku di salah satu perguruan tinggi swasta dikotaku.  Saat ini aku juga merajut asmara dengan salah seorang lelaki. Fajar namanya.

Aku baru mengenalnya 1 tahun lalu lewat salah seorang temanku. Dan sudah 3 bulan lamanya kita menjalin hubungan.

Aku menyukai pribadinya yang mempunyai selera humor yang sama denganku , dia baik juga pengertian. Suara deru motor matic mas fajar rupanya sudah memasuki halaman rumahku, hari ini dia mengajakku untuk  sekedar makan di pinggiran kota yang selalu menjadi tempat favorit kita .Setelah kita puas menyantap seporsi mie ayam spesial dan segelas teh hangat mas fajar segera mengajakku untuk pulang . Ia menyerahkan dua lembar uang sepuluh ribuan kepada pemilik warung tersebut , namun malam ini beda dari hari biasanya Mas Fajar tiba tiba mengajakku untuk sekedar duduk di alun -- alun , aku dan Mas Fajar memilih tempat duduk yang tak jauh dari tempat parr , agar mudah saat pulang nanti.

Aku dan Mas Fajar lalu berbincang bincang sebentar lalu mas fajar tiba tiba mengatakan padaku " Dek , besok malam aku mau ke rumahmu perihal membicarakan tentang hubungan kita , boleh " . 

Tak berselang lama aku menggangguk pelan lalu menjawab " datanglah mas , temui orang tuaku jika kamu memang serius padaku " sambil menyembunyikan rasa malu dari balik jilbab pashmina hitamku. 

Di perjalanan pulang , aku merasa hatiku berbunga bunga  hari ini , lalu mas fajar menghentikan laju motornya tepat didepan rumahku , waktu itu baru pukul setengah delapan malam . Mas Fajar juga ikut masuk rumah , aku lekas masuk kekamar dan kudengar sayup -- sayup suara Mas Fajar telah berbincang dengan ayahku di ruang tamu , tak beberapa lama kemudian Mas Fajar lekas mengucapkan salam untuk pamit pulang.

Keesokan harinya kulihat punggung ibuku sudah sibuk di dapur sedari pagi. " Cie , yang mau lamaran " Goda ibuku lalu . Aku hanya tersenyum menanggapi nya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat , bakdha sholat isya keluarga Mas Fajar datang kerumahku , dan tanpa jeda beberapa lama acara inti pun dimulai . 

Mas Fajar pun mendekat padaku lalu berkata "Dik . . maukah dirimu menjadi satu satunya rumah tempatku berpulang dari beberapa rindu yang sempat gelisah , mau kah kau menjadi satu satu nya siluet jingga yang selalu menemaniku menghabiskan senja selamanya?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun