Mohon tunggu...
Ery Santosa
Ery Santosa Mohon Tunggu... -

ahad, 29 desember 2013 Aku ada.. tapi aku hanyalah serpihan masa..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apabila Masyarakat Jepang Menggantikan Tugas Kita

16 April 2016   15:33 Diperbarui: 16 April 2016   16:06 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Ery Santosa

Dalam lamunanku, diwaktu kuliah pada jum’at pagi, aku menatap dalam-dalam jendela yang berada di sebalahku duduk. Ketika sang dosen menjelaskan tentang intrumen penelitian, aku justru memikirkan hal yang lain. aku mendapat tema renungan yang menarik dari lamunanku itu. ‘Apa yang terjadi jika orang Jepang menggantikan kita disini?’.

Hal yang memang sangat mengusik nuraniku adalah, tentang masalah-masalah yang selalu mendera kita. Banyak yang mengeluh, banyak yang merasa susah, banyak yang saling menyalahkan, tapi hampir tak terasa ada solusi yang memberi kesejukan, atau ide yang membawa kemajuan.  Walau kita adalah bangsa yang besar, tetapi di saat sekarang ini kita mengalami semacam problema karakter. Terutama bila kita berkaca membandingkan kita yang disini dengan mereka bangsa Jepang yang di sana.

Berkali-kali aku membaca berbagai ulasan yang membahas tentang Jepang, entah itu etos kerja, pendidikan, budaya, dan karakter mereka yang tampak memukau. Mereka adalah bangsa yang cerdas, tidak hanya dari intelektual/keilmuan, tetapi juga punya karakter yang bagus. Karakter berjuang sebagaimana filosofi mereka, yaitu kesatria. Nama mereka pun harum di masyarakat global, termasuk kita.

Salah satu contoh yang bisa menjelaskan tentang kelebihan karakter mereka adalah manakala kedua kota penting mereka, yaitu Hiroshima dan Nagasaki hancur oleh bom atom Amerika. Andai kita memikirkannya, mungkin kita akan mengira, bahwa kehancuran itu akan berdampak puluhan tahun kedepan, menjadi akhir dari riwayat mereka. Justru sebaliknya, mereka segera memikirkan bagaimana untuk bangkit, menanyakan dan menyiapkan guru-guru untuk membangun pendidikan bangsanya. Sulit dipercaya, mereka kini menjadi salah satu negara maju yang berada di Asia.

Bagaimana dengan kita?

Saya terinspirasi oleh tokoh-tokoh yang perjuangannya menyejarah, dikenal dalam usahanya mempelopori Indonesia menjadi negara maju yang kita idam-idamkan. Diantaranya adalah mantan presiden ke 3, BJ Habibie, Pencipta mobil listrik Ricky Elson, Ridwan Kamil Walikota Bandung dan sederet tokoh lainnya. Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang pernah hidup di sekitar masyarakat negara maju, namun tetap mengenali diri mereka sebagai warga negara Indonesia. Berikutnya saya memikirkan, bagaimana saya bisa seperti mereka? Apa yang harus dilakukan?

Sayangnya pahit getir yang mereka alami juga akhirnya saya rasakan sendiri, walau dalam lingkup kecil. Saya melihat orang-orang yang saya ajak untuk berbuat berbeda dalam rangka peduli lingkungan di kampus saya, menunjukkan antusiasme yang cukup minim, untuk tidak mengatakan tidak sama sekali. Begitu pula dengan pihak yang penting, pejabat, dan lain sebagainya. Tapi setidaknya saya belajar banyak hal karena berinteraksi dengan mereka.

Bagaimana kondisi kita kedepan? Dengan kualitas karakter manusia yang seperti itu adanya? padahal persaingan global akan semakin keras? Sampai-sampai mengantarkan saya pada lamunan itu, ya, bagaimana jika masyarakat Jepang menggantikan kita di sini.

Beragam masalah yang selama ini mendera namun kita acuh saja, berpindah menjadi urusan mereka. Mereka akan menggunakan ide-ide, kreativitas, teknologi yang mereka punya dan mereka akan dengan tekun menyelesaikan masalah itu. membangun kereka cepat, mengurangi kemacetan, mengurangi emisi gas atau polusi, menyiapkan generasi lewat pendidikan yang berkualitas dan berkarakter.

Dalam hal pendidikan, mungkin mereka akan benar-benar mengubah pola pendidikan yang selama ini terjadi di lapangan, yakni sekolah-sekolah kita. Mereka mengganti pelajaran IPA, IPS, Matematika, bahasa inggris, seni budaya dan lain-lain menjadi pelajaran sopan santun, budi pekerti, pekerjaan sehari-hari, hak dan kewajiban, tanggung jawab, disiplin dan rasa malu, dan banyak lagi, sebagaimana yang mereka terapkan di negeri asal mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun