Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkomitmen Membersihkan Hoaks dan Kebencian di Tahun Politik

7 Januari 2023   08:49 Diperbarui: 7 Januari 2023   08:55 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Damai - jalandamai.org

Tahun 2022 baru saja berlalu. Kita semua mulai memasuki tahun 2023. Tentu saja semua orang punya harapan dan resolusi, untuk bisa melewati di tahun yang baru tersebut. Ada yang ingin mendapatkan jodoh, ingin kaya, ingin mendapatkan pekerjaan atau macam-macam. Namun dalam konteks bernegara, tentu saja seluruh masyarakat ingin Indonesia tetap damai, toleran, dan saling menghargai satu sama lain. Dan tentu saja, salah satu harapan terbesarnya adalah membersihkan media sosial dari konten hoaks dan kebencian.

Hal ini penting karena di tahun 2023 ini sudah memasuki tahun politik, jelang pemilihan presiden pada 2024 mendatang. Di tahun politik, biasanya berbagai ujaran kebencian, berita bohong, bermunculan silih berganti. Tujuannya tak lain tak bukan untuk membuat masyarakat terbelah, untuk memperkuat politik identitas, bahkan tak jarang untuk melakukan politisasi agama. Hal semacam ini harus dihindari. Kita semua pada dasarnya bersaudara. Karena itulah tidak boleh saling menyakiti satu dengan lainnya.

Hoaks dan kebencian atas nama apapun, tidak boleh terjadi lagi. Karena praktek tersebut seringkali dilakukan oleh kelompok radikal atau kelompok intoleran, untuk memecah belah kita semua. Kanapa mereka sering menebar kebencian? Agar diantara kita saling caci, saling menebar kebencian, bahkan saling melakukan tindakan intoleran. Ketika kondisi yang tidak diharapkan terjadi, mereka langsung menyalahkan pemerintah dan menawarkan konsep khilafah. Pola ini terus berulang, berulang, dan berulang.

Sebagai masyarakat, kita juga harus cerdas dengan pola tersebut. Tak jarang masyarakat mudah terprovokasi, karena pernyataan tersebut dikatakan oleh ulama A, tokoh masyarakat B, atau tokoh politik C. Padahal, semuanya itu merupakan bagian dari kepentingan, untuk mendapatkan simpati masyarakat. Dibelakangnya dibumbui dengan sentimen keagamaan. Karena tak dipungkiri, sentimen agama masih menjadi hal sensitif bagi masyarakat.

Jika kita menilik pada pemilu sebelumnya, praktek penyebaran hoaks dan kebencian ini begitu masif terjadi. Banyak yang memanfaatkan moment tahun politik, untuk membelah masyarakat dengan hoaks dan politisasi kebencian. Dan hal ini tidak hanya digunakan oleh antar pendukung calon atau parpol, tapi juga digunakan kelompok radikal untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tak jarang oknum tokoh politik sengaja menggandeng kelompok radikal, untuk menebar kebencian lawan politiknya.

Di tahun politik ini, mari kita tinggalkan pola-pola lama, yang bisa memecah belah negeri ini. Jangan mau dibodohi oleh oknum tokoh tertentu atau partai tertentu, untuk memebar kebohongan. Mari kita gunakan tahun politik ini, untuk melakukan cek ricek terhadap pasangan calon yang dimunculkan. Cek ricek ini dimaksudkan untuk mendapatkan calon yang tepat untuk memimpin negeri ini, bukan untuk mencari kejelekan dan menjatuhkan melalui politik identitas.

Mari kita rubah cara pandang yang cenderung memecah belah. Mari saling merangkul, jangan saling memukul. Indonesia adalah negara toleran, yang mengedepankan rasa saling menghargai dan menghormati. Indonesia adalah negara yang mau hidup berdampingan dalam keberagaman. Salam toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun