Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Indonesia Menolak Intoleransi dan Rasisme

6 Februari 2021   11:11 Diperbarui: 6 Februari 2021   11:36 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Indonesia - kompasiana.com

Indonesia merupakan negara yang kaya akan tradisi, budaya dan adat istiadat. Indonesia memiliki banyak suku yang terbentang dari Aceh hingga Papua. Suku-suku itu tentu memiliki latar belakang budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Keberagaman ini tentu membuat Indonesia tumbuh menjadi negara yang toleran, ramah, dan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. Sebuah nilai yang lahir dan tumbuh dari dalam negeri sendiri, yang terbukti mampu merangkul semua keberagaman tanpa mempersoalkan perbedaan. Dan nilai-nilai inilah yang kemudian diadopsi dalam Pancasila, yang dijadikan dasar negara Indonesia.

Keberagaman ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Karena negara lain belum tentu punya keberagaman seperti Indonesia. Dan anugerah ini tentu harus kita jaga. Tidak hanya oleh generasi pendahulu, tapi juga oleh generasi sekarang dan mendatang. Jika pluralitas ini bisa dikelola dengan baik, maka Indonesia akan tumbuh menjadi negara yang humanis, toleran, dan nyaman bagi siapa saja.

Meski budaya di Indonesia sangat plural, namun tidak ada satupun yang mengedepankan intoleransi ataupun rasisme. Meski karakter suku-suku salign berbeda, tidak hanya dari warna kulit, bahasa dan tampilan secara fisik, tapi tetap saja tidak ada suku yang mengedepankan saling caci, saling hujat, apalagi saling menebar intoleransi dan rasisme. Karena intoleransi dan rasisme, bisa memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat.

Bagaimana perkembangan Indonesia kedepan, pada dasarnya tergantung kita sebagai generasi penerus. Pertanyaannya, apakah kita ingin seterusnya selalu berkonflik dengan teman, tetangga, saudara atau yang lain? Apakah seterusnya kita saling mencaci, menghujat dan mencari kejelekan orang lain? Mari kita renungkan bersama. Apakah perilaku tersebut telah diajarkan orang tua kita dari kecil? Apakah perilaku tersebut diajarkan agama dan adat istiadat yang ada? Dan dipastikan, dilihat dari sisi manapun, intoleransi dan rasisme jelas bertentangan dengan agama, budaya dan adat istiadat yang ada di negeri ini.

Karena itulah, menjadi tugas kita bersama untuk menjauhkan negeri ini dari segala bentuk bibit intoleransi dan rasisme. Paham-paham dari luar yang jelas-jelas bisa merusak persatuan dan kesatuan negeri, harus ditinggalkan dan tidak perlu untuk dipelajari. Ingat, kita adalah masyarakat Indonesia dengan karakter masyarakatnya yang sangat beragam. Jika ada paham ekstrem yang mengharuskan keseragaman, tidak menghargai perbedaan, maka tidak perlu diikuti atau dipelajari. Karena paham semacam itu akan dengan mudah mengarah pada intoleransi, radikalisme dan yang lebih ekstrem mengarah pada terorisme.

Budaya Indonesia tidak ada yang merasa paling benar. Budaya Indonesia juga tidak mengenal mayoritas minoritas. Semuanya punya hak dan kewajiban yang sama. Untuk itulah, selama kita masih bisa berbuat baik, maka semestinya kita pun bisa melakukan perbuatan baik, yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun