Merawat sikap kritis di dalam lembaga pendidikan juga tak kalah penting. Jika generasi muda lebih memilih menjadi pasif, maka mereka akan begitu mudah dimasuki provokasi radikalisme.Â
Apalagi radikalisme kini tak lagi masuk melalui lembaga intra ataupun ekstra kampus, tapi juga sudah bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi.Â
Media sosial seringkali mereka gunakan, sebagai media penyebaran yang sangat efektif. Karena itulah, pencegahan radikalisme di internal sekolah ataupun kampus, juga harus memanfaatkan kecanggihan teknologi.Â
JIka kita semua masif melakukan kampanye toleransi melalui smartphone, status, atau konten yang kita unggah, tentu hasilnya akan jauh lebih positif dari pada kita hanya tinggal diam. Semoga bisa jadi renungan kita bersama.