Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SARA dan Multikutur Indonesia di Dunia Maya

1 Februari 2018   05:07 Diperbarui: 1 Februari 2018   05:13 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keanekaragaman dan kekayaan Indonesia yang meliputi Suku Agama Ras dan Antar golongan di Indonesia adalah satu hal unik dan menjadi daya tarik tersendiri Indonesia bagi dunia. Keberagaman ini melahirkan masyarakat yang multicultural.

Ke-multikultural masyarakat ini satu sisi memiliki dampak positif karena di situlah 'harga' Indonesia dimata dunia. Di sisi lain, ke multicultural Indonesia ini sangat berpotensi menimbulkan konflik karena terjadi pertukaran pesan  dari satu kelompok kepada kelompok yang lain,  yang mungkin berbeda persepsi dan latarbelakang.

Dalam perkembangan zaman, teknologi berkembang dengan baik yang memungkinkan banyak inovasi dilakukan oleh manusia. Yang paling spektakuler adalah inovasi di bidang digital termasuk internet, salah satunya berimbas ke dunia telekomunikasi. Seseorang dengan sangat mudah berhubungan dengan yang lain sekalipun saling berjauhan dan berbeda benua.

Orang bisa berkomunikasi tanpa batas dan tidak memerlukan bertemu secara langsung lagi. Temuan ini punya beberapa varietas temuan lagi yaitu media social. Media sisial yang ditemukan sekitar tahun 2000 ini mengubah banyak hal dari masyarakat. Survey Asosisasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mengemukakan bahwa pada tahun 2016 konten media paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia karena penetrasinya mencapai lebih dari 90%.

Media sosial memungkinkan para penggunanya dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan informasi. Media sosial pun memudahkan interaksi sosial di antara anggota masyarakat multikultural bersifat interaktif dengan berbasis teknologi internet (Utami & Triyono, 2011).

Interaksi social ini bersifat prosumer di mana seseorang tidak saja bisa menciptakan pesan dan menyebarkan pesar tapi juga menerima pesan. Dia produsen sekaligus konsumen. Pola ini berlangsung secara melingkar dan menjadikan satu pesan itu menjadi pembicaraan banyak orang.

Kondisi ini memungkinkan orang berkomunikasi dalam media social atau dunia maya dengan membawa pandangan-pandangan pribadinya (yang belum tentu benar) ke ranah publik. Banyak orang tak sadar bahwa satu pihak yang memproduksi dan menyebarkan pandangan itu punya pandangan yang keliru terhadap sesuatu.

Hal yang paling nyata adalah pandangan atau konten bernada Suku Agama Ras dan antar Golongan (SARA) yang berkembang di masyarakat. Pandangan seseorang dan beberapa orang setelahnya belum tentu benar karena isu SARA mencakup hal yang bersifat multicultural tadi. Di sisi lain, SARA adalah ranah privat yang tidak bisa diintervensi sebagai konten umum. Kondisi ini memungkinkan adanya konflik.

Sejatinya sebuah konflik adlah normal hanya saja harus terkelola dengan baik. Jika tidak terkelola dengan baik, akan menjadi bola liar yang tidak bisa lagi dikendalikan oleh orang lain atau pihak tertentu. Jika ini dibiarkan, masyarakat akan terpancing emosinya dan kemudian akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak semestinya terjadi.

Inilah yang terjadi pada ujaran berbau SARA di media social dimana isu SARA dipakai sebagai peluru tajam yang dapat membunuh pihak-pihak lain dengan konten-konten yang tidak bertanggung jawab.

Karena itu,sebagai masyarakat Indonesia penting untuk menjaga sikap sebagai warganegara yang sadar akan kondisi multikultalisme Indoensia. Sehingga meski teknologi amat memungkinkan untuk melakukan banyak hal di dunia maya, tapi harus dalam koridor-koridor etika agar tidak melukai pihak lain yang berbeda dengan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun