Pada tanggal 17 Agustus 1945, pagi itu juga teks Proklamasi
telah sampai ke tangan Waidan B. Palenewen. Ia adalah
Kepala Bagian Radio dari kantor Domei. Ia menerima teks
tersebut dari seorang wartawan Domei bernama Syahrudin.
Atas perintah Palenewen, teks proklamasi kemudian dibaca
kan oleh F. Wuz.
Penyiaran proklamasi kemerdekaan menyebabkan stasiun
radio itu ditutup oleh Jepang. Meskipun demikian, para
pemuda tetap bertekad menyiarkan berita proklamasi ke-
seluruh penjuru dunia. Mereka menciptakan pemancar baru
di Menteng 31. Mereka juga membuat surat selebaran.
Bahkan, semua harian di Jawa memuat berita proklamasi
ini. Dengan demikian, gema proklamasi dengan cepat
menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Atas inisiatif mahasiswa dan pemuda, pembacaan teks
proklamasi dilakukan Bung Karno pukul 19.30 lewat radio
pemancar gelap milik Abdulrachman Saleh di laboraturium
fisiologi Ika Daigaku, Salemba. Pembacaan teks proklamasi
ini disaksikan Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Iwa Kusuma
Sumantri, dan tokoh pemuda lainnya.
Pelaksanaan proklamasi kemerdekaan ditanggapi rakyat
dengan berbagai cara. Rakyat Jakarta menyambut prokla-
masi dengan pawai keliling kota. Sementara itu para pe-
muda yang dipelopori oleh Komite Van Aksi Menteng 31
merencanakan untuk menggerakan masa agar pimpinan
mereka dapat berbicara dengan mereka.
Atas prakarsa Komite Van Aksi rakyat Jakarta akhirnya
mengadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada tanggal
19 September 1945. Rapat dihadiri ribuan rakyat Jakarta
dan sekitarnya, yang bertujuan untuk mendengarkan
pidato politik Soekarno sekaligus memberikan dukungan
terhadap kemerdekaan Indonesia.
AS. Moheng, 18 Agustus 2019