Masalahnya - jika itu masalah -- jauh lebih rumit dari yang terlihat. Mari kita lihat di papan atas, paling atas. Tepat! Ada dua kuda pacuan yang sejak musim lalu belum berhenti berkejaran.Â
Memang masih sangat awal jika hanya berkaca pada tiga pertandingan, tapi rasanya seolah-olah Liverpool dan Manchester City sekali lagi akan bermain di liga mini untuk diri mereka sendiri. Karena memang mereka semakin cemerlang dan yang lainnya masih sibuk tambal sulam dengan masalahnya masing-masing.
Kemenangan Liverpool atas Arsenal merupakan yang ke 12 beruntun di Liga, jika dihitung mulai musim lalu. Sedangkan City terus mengemas poin, mereka hanya kehilangan 2 poin dari total 51 poin dari 17 pertandingan terakhir mereka di Liga.Â
Noda Manchester Biru hanya pada pekan pembuka, itupun karena VAR. Statistik tembakan mereka 30 dibanding Spurs yang hanya 3 kali. Bedanya, kedua kuda pacu terlihat sedang berbaik hati membuka jala gawangnya di awal musim ini.Â
Liverpool yang harus mengandalkan Adrian terus saja kebobolan di setiap laga. City, yang sempat cleansheet di pekan kedua, harus takluk oleh tendangan bebas brilian Harry Wilson. Itu juga kali ketiga Ederson memungut bola dari gawangnya. Tentu statistik tersebut adalah kabar baik bagi siapapun yang ingin berada pada pacuan juara.Â
Tapi kabar buruknya adalah keduanya juga sangat rajin membobol gawa lawan, The Reds memiliki rerata 3 gol per pertandingan, pasukan Pep lebih ganas lagi, karena mereka telah melesakkan 10 gol. Namun jika kita mau serius, catatan tersebut tidak lebih baik dari catatan keduanya musim lalu.
Menanti gangguan empat tim
Ada istilah big six dalam beberapa tahun pagelaran Liga Premier. Mampukah empat tim lainnya menetapkan standar sama seperti Liverpool dan City? Minimal memangkas jarak antara peringkat ketiga dengan runner up. Musim lalu, jarak antara kandidat juara dengan peringkat ketiga, Chelsea, cukup mengkhawatirkan. 25 poin.Â
Awalnya Spurs dinilai cukup menjanjikan mengingat tidak melakukan perombakan skuad, namun mereka telah kehilangan 5 poin. Statistik yang mirip dengan tiga musim terakhir. Arsenal masih butuh banyak adaptasi bukan hanya dengan skema Emery, namun juga adaptasi antar pemain. Manchester United, ah, sudahlah.