Mohon tunggu...
Saifullah Hadi
Saifullah Hadi Mohon Tunggu... mahasiswa

Hai,nama saya saifullah hadi,biasa dipanggil Saiful,saya berasal dari prodi akuntansi universitas Pandanaran Semarang

Selanjutnya

Tutup

Book

Lawang Sewu: Dari Kantor Pusat Kereta Api Kolonial Menuju Museum Sejarah Abadi

5 Oktober 2025   17:13 Diperbarui: 5 Oktober 2025   19:12 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lawang Sewu, yang secara harfiah berarti "Seribu Pintu" dalam bahasa Jawa, adalah salah satu bangunan bersejarah paling terkenal dan ikonis di Indonesia, terletak tepat di jantung Kota Semarang, Jawa Tengah. Meskipun dikenal luas karena cerita-cerita mistisnya, Lawang Sewu sejatinya merupakan monumen megah yang menyimpan sejarah panjang perkeretaapian, arsitektur kolonial, dan perjuangan bangsa.

Sejarah dan Perubahan Fungsi

Lawang Sewu dibangun secara bertahap antara tahun 1904 dan 1918.Lawang Sewu awalnya didirikan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Gedung ini merupakan pusat administrasi yang sangat penting, menandai kejayaan perkeretaapian di Hindia Belanda.

"Lawang Sewu menjadi saksi bisu masa kelam. Bagaimana peran bangunan ini saat pendudukan Jepang dan dalam Pertempuran Lima Hari Semarang?" tanya salah satu pewawancara dalam sesi kunjungan ke Lawang Sewu .Fungsi bangunan berubah drastis saat Jepang menduduki Indonesia. Lawang Sewu diambil alih dan digunakan sebagai markas militer oleh tentara Jepang (Kempetai dan Kidobutai). Pada masa inilah, ruang bawah tanah (kelderverkenning) Lawang Sewu diyakini digunakan sebagai penjara dan tempat penyiksaan.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Lawang Sewu menjadi saksi bisu Pertempuran Lima Hari Semarang (15-20 Oktober 1945), di mana para pemuda Indonesia, khususnya dari Angkatan Muda Kereta Api (AMKA), berjuang mati-matian melawan tentara Jepang untuk merebut kembali kendali atas gedung tersebut. Peristiwa ini memakan banyak korban jiwa dan memperkuat nilai historis Lawang Sewu sebagai simbol perjuangan.

Setelah sempat digunakan sebagai kantor oleh Djawatan Kereta Republik Indonesia (DKARI) dan institusi militer, pada tahun 1992 Lawang Sewu ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional. Melalui proses restorasi besar-besaran yang dimulai pada tahun 2009, Lawang Sewu kini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan berfungsi sebagai Museum Sejarah Perkeretaapian Indonesia serta destinasi wisata edukasi.

Kemegahan Arsitektur Lawang Sewu

Lawang Sewu dirancang oleh arsitek asal Belanda, Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Oundag. Bangunan ini mengadopsi gaya arsitektur Gaya Hindia Baru (mirip dengan Rasionalisme Belanda) yang elegan, tetapi dirancang dengan cerdas untuk menyesuaikan dengan iklim tropis.

Elemen Arsitektur Keterangan

hanya 928 pintu tetapi disebut oleh beberapa pengunjung sebagai Seribu Pintu atau Lawang Sewu
hanya 928 pintu tetapi disebut oleh beberapa pengunjung sebagai Seribu Pintu atau Lawang Sewu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun