Mohon tunggu...
Akbar Mahendrathama
Akbar Mahendrathama Mohon Tunggu... Mahasiswa - @akbarmhndra

Universitas Ahmad Dahlan Ilkom '19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Konten Positif Dalam Menggunakan Sosial Media

6 Mei 2021   20:21 Diperbarui: 6 Mei 2021   20:37 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Hadirnya internet dengan media ponsel pada kehidupan manusia mendorong terjadinya perubahan sosial yang diikuti pola pikir atau perilaku warga negara (citizen) menjadi warga internet (nitizen). Dapat kita amati dalam lingkungan sekitar kita banyak hal yang berubah, mulai dari cara berkomunikasi, mencari informasi, hingga mencari hiburan. Jaringan media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, Whatsapp, Line, Telegram, dan Path ternyata memiliki posisi yang sangat penting yaitu dapat menjadi mekanisme menghimpun aksi, protes, dan gerakan sosial masyarakat atau publik dapat berpartisipasi langsung dan sharing informasi dengan pihak-pihak yang dipercaya seperti teman dan keluarga.

 Media sosial memberikan banyak kemudahan kepada penggunanya (user). Beragam akses terhadap informasi dan hiburan dari berbagai penjuru dunia dapat di lihat melalui media sosial. Waktu dan ruang bukan menjadi alasan untuk tidak dapat diakses oleh pengguna (user) siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Secara tidak langsung internet telah menciptakan budaya baru pada masyarakat modern yaitu budaya massa dan budaya digital yang interaktif.

 Seseorang pasti memiliki berbagai motivasi dalam menggunakan media sosial. Sekedar untuk berkomunikasi dengan orang lain, mencari tahu perkembangan sesuatu, untuk berbagi informasi, maupun untuk mengikuti salah satu yang menjadi trend saat ini yaitu menggunakan media sosial sebagai bentuk eksistensi diri. Orang-orang yang hanya ingin menggunakan media sosial sebagai sarana menjaga silaturahmi biasanya akan memilih media sosial yang bersifat private saja seperti Line, Whatsapp, Path, Telegram, atau yang lainnya. Meskipun masuk ke media yang terbuka seperti Facebook dan Twitter maka mereka hanya akan menjadipenonton dan pembaca yang baik dan melihat perkembangan terbaru yang ada di media sosial.

 Sedangkan bagi orang-orang yang ingin diakui eksistensinya oleh masyarakat luas melalui media sosial biasanya akan menggunakan media sosial yang bersifat terbuka seperti Instagram, Facebook, Line, atau Twitter. Karena disinilah tempat kita bisa secara bebas dan terbuka dalam berinteraksi. Sehingga banyaknya update status serta postingan yang kita miliki adalah salah satu bentuk jika kita ingin dikenal secara luas. Kita dikenal sebagai apa dan siapa itu kita yang memutuskan, karena apa yang kita posting melalui media sosial akan menjadi gambaran diri kita bagaimana kita memposisikan diri dimata masyarakat luas.

 Whatsapp merupakan salah satu aplikasi yang saya gunakan, menurut saya aplikasi whatsapp sangat efektif untuk penggunaan sehari-hari. Seperti contohnya untuk berkomunikasi, whatsapp sangat berkontribusi seperti penggunaan fitur chatnya. Adapun jika ingin berkomunikasi secara virtual, whatsapp memiliki fitur voice call, dan ada pula video call. Karena fitur-fiturnya yang lumayan efektif untuk penggunaan sehari-hari, tidak dipungkiri jika aplikasi whatsapp sudah banyak digunakan oleh khalayak umum.

 Jika whatsapp adalah salah satu aplikasi yang menurut saya bersifat private, Instagram adalah salah satu aplikasi bersifat terbuka yang juga saya gunakan. Instagram memiliki banyak fitur-fitur menarik yang membuat penggunanya tidak merasa bosan. Menurut saya aplikasi Instagram cocok digunakan pada saat merasa bosan. Contohnya di fitur "explorer" ada banyak konten-konten menarik dari sesama pengguna Instagram.

 Dua aplikasi diatas merupakan contoh media sosial modern yang banyak digunakan orang pada saat ini. Tapi disamping itu, masih ada kekurangan dari media sosial. Salah satunya kasus "hoax" yang masih berkeliaran di beberapa aplikasi media sosial. Kasus "hoax" menurut saya merupakan kasus yang fatal, karena kasus seperti ini bisa membuat suatu citra seseorang atau perusahaan bisa turun secara drastis dengan waktu yang sangat singkat.

 Dari situ kita tahu sangat berbahayanya kasus "hoax" ini. Untuk mengurangi hal-hal itu terjadi tentunya kita sebagai user media sosial harus lebih cermat dalam menggunakan media sosial, seperti contohnya kita tidak boleh membuat kasus-kasus yang dapat merugikan orang. Tetapi tentunya jika tidak ada hukuman yang memiliki efek jera, kasus-kasus seperti ini pasti masih bisa terjadi, jadi kesimpulannya selain pemerintah membuat peraturan tentang tidak boleh membuat konten-konten yang berunsur tidak benar atau hoax, kita sebagai pengguna media sosial juga harus sadar tentang bahayanya efek negative dari kasus hoax.

 Ditahun 2017 saja sudah ada 11 kasus hoax yang sangat menonjol. Kita ambil satu contoh kasus Ropi Yatsman, ia merupakan salah satu penyebar hoax yang mana saat itu ia mengunggah konten penghinaan terhadap pemerintah dan Presiden Jokowi. Tidak hanya Presiden Jokowi, ia juga menghina mantan gubernur DKI Jakarta, Ahok. Dan ia divonis penjara selama 15 bulan. Jika melihat kasus-kasus seperti itu maka kita sebagai pengguna harus lebih cermat dalam menggunakan media sosial. Akan banyak untungnya jika konten yang kita posting ke media sosial adalah konten-konten yang positif dan bisa berguna untuk pengguna media sosial lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun