Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efektivitas Penggunaan Bel Otomatis terhadap Kedisiplinan di Sekolah

3 Oktober 2025   11:15 Diperbarui: 3 Oktober 2025   11:15 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedisiplinan di sekolah yang dibangun sejak dini. (Foto: AKBAR PITOPANG)

Tujuan utama dari bel otomatis ini tentu saja agar sekolah bisa berjalan tertib. Dengan jadwal yang teratur tentu proses belajar mengajar tidak terganggu. Guru lebih mudah mengatur waktunya dan siswa pun terbiasa menghargai waktu.

Bel otomatis seakan membuat sekolah lebih modern. Sistem ini dipandang sebagai bagian dari upaya digitalisasi kecil yang mendukung kelancaran pelayanan sekolah. Dengan jadwal terprogram dengan jelas maka manajemen waktu di sekolah menjadi transparan. Semua pihak tahu bahwa jam pelajaran berlangsung sesuai aturan.

Selain itu, bel otomatis membantu sekolah mengurangi potensi konflik atau gesekan kecil. Semua pihak percaya bahwa waktu sudah diatur dengan tepat. Suara bel otomatis adalah pengingat bahwa ada aturan bersama yang harus dipatuhi. 

Pemasangan bel otomatis mengajarkan siswa arti penting keteraturan. Waktu yang sudah dijadwalkan tidak bisa ditunda dan kesempatan tidak boleh disia-siakan. Dengan demikian, bel otomatis bagian dari strategi membangun budaya sekolah yang disiplin, tertib, dan menghargai waktu.

Meski bel otomatis sudah berbunyi dan terdengar nyaring namun masih banyak anak didik yang santai-santai. (Foto: AKBAR PITOPANG)
Meski bel otomatis sudah berbunyi dan terdengar nyaring namun masih banyak anak didik yang santai-santai. (Foto: AKBAR PITOPANG)

Siswa Belum Terbiasa

Meski bel otomatis sudah berbunyi, kenyataannya tidak semua siswa langsung mematuhinya. Kadang, usai bel berbunyi masih ada yang berkeliaran di luar kelas. Ada yang masih sibuk jajan di kantin, ada yang bercanda di halaman, atau sekadar berjalan santai di lorong sekolah.

Mungkin perubahan perilaku anak didik perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Bel otomatis memang berbunyi tepat waktu tetapi kesadaran siswa untuk segera masuk kelas masih butuh proses.

Guru harus mengingatkan berulang kali agar siswa kembali ke kelas tepat waktu. Tanpa pengawasan, bel saja tidak cukup. Ini menunjukkan bahwa teknologi hanyalah alat bantu, sedangkan pembiasaan tetap perlu campur tangan guru.

Sikap siswa yang belum terbiasa harus dididik untuk memahami makna bel yang berbunyi dengan suara layaknya manusia. bukan hanya mendengar suaranya. Apa yang disampaikan lewat bel otomatis yang harus dihormati.

Beberapa siswa memang sudah mulai terbiasa. Begitu bel berbunyi, mereka segera masuk kelas. Namun masih ada sebagian kecil yang menganggap bel hanya sebagai bunyi biasa. Disinilah peran guru sangat penting untuk memberikan penguatan.

Jika dibiarkan maka bel otomatis tidak akan memberi dampak maksimal. Dibutuhkan kesabaran, konsistensi, dan ketegasan dalam mendidik siswa agar benar-benar disiplin terhadap waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun