Tentu semua ini membutuhkan komitmen. bukan hanya dari guru, tapi juga kepala sekolah, dinas pendidikan, dan orangtua. Kolaborasi lintas elemen ini akan membuat kokurikuler berjalan lebih baik dan benar-benar jadi transformasi nyata.
Maka penting bagi sekolah untuk membuat perencanaan kokurikuler yang matang dan terintegrasi dengan intrakurikuler. Evaluasi juga harus dilakukan. tidak hanya soal kehadiran siswa tapi juga sejauh mana kompetensi mereka berkembang melalui kegiatan tersebut.
Bahkan portofolio siswa dari kokurikuler bisa dijadikan bagian dari asesmen sumatif berbasis proyek. Ini akan memperkaya model penilaian yang selama ini terlalu fokus pada angka dan ujian akhir.
Pendidikan itu harus hidup. Dan kokurikuler memberi nyawa baru bagi sistem pembelajaran kita. Supaya bukan sekadar tambahan tapi bagian esensial dari proses membentuk pelajar masa depan yang utuh —baik pengetahuan, keterampilan, maupun karakter.
Jadi, jangan anggap remeh kokurikuler. Justru di sanalah proses pembelajaran paling menyenangkan bisa terjadi. Mari kita ubah mindset bahwa belajar itu bisa seru, relevan, dan mendalam.
Maka, mari kita mulai dari 35 menit itu. Karena bisa jadi dari situlah masa depan pendidikan Indonesia akan berubah menjadi lebih baik. Aamiin..
Semoga ini bermanfaat.
Literasi:
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/rujukan/paparan