Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kesenjangan Sosial: Protes Larangan Wisuda Perpisahan Sekolah

28 April 2025   11:49 Diperbarui: 29 April 2025   09:17 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa | Wisuda anak sekolah diantara tradisi kenangan dan polemik. Atau apa yang sebenarnya terjadi? (KOMPAS/SUPRIYANTO)

Tradisi yang bergeser bersamaan dengan beban yang menguat. (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)
Tradisi yang bergeser bersamaan dengan beban yang menguat. (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Pergeseran Perpisahan Sekolah Menjadi Wisuda Sekolah

Dulu, akhir masa belajar di sekolah hanya ditandai dengan acara perpisahan sederhana. Dalam suasana akrab, penuh rasa syukur, dan tidak banyak syarat. Namun, kini tradisi itu telah bergeser menjadi apa yang kita kenal sebagai "wisuda sekolah." 

Anak-anak sebagian sekolah pada tingkat TK hingga SMA juga ikut-ikutan mengenakan toga layaknya mahasiswa yang baru saja lulus kuliah. Ritual akademis yang dulu eksklusif untuk perguruan tinggi kini seolah menjadi keharusan sejak usia dini lengkap dengan seremonial yang penuh formalitas.

Bersamaan dengan maraknya konsep wisuda maka muncul pula tuntutan baru seperti menyewa toga, menyiapkan seragam khusus, dan membayar biaya dokumentasi hingga gedung mewah sebagai lokasi acara. Banyak sekolah memilih hotel untuk melaksanakan prosesi ini yang kadang terasa berlebihan. 

Akumulasi biaya tersebut jika dihitung tentu saja bisa menjadi tekanan finansial bagi orangtua. Apalagi dalam situasi ekonomi yang belum tentu stabil dan cenderung sulit seperti sekarang.

Sebuah fenomena ketika simbol-simbol perayaan semakin dibuat megah hingga mengaburkan makna aslinya. Awalnya perpisahan sekolah adalah bentuk penghormatan atas perjalanan belajar penuh kehangatan emosional. Kini, tak jarang esensinya tergantikan oleh keharusan tampil sempurna di depan kamera dan unggahan media sosial demi validasi yang bersifat sementara.

Padahal nilai pendidikan sejatinya bukan terletak pada seremonial yang mewah. melainkan pada perjalanan membentuk karakter, integritas, dan rasa syukur. 

Acara kelulusan seharusnya bisa dirayakan dengan cara yang lebih inklusif tanpa membebani siapapun. Konsep sederhana namun bermakna seperti syukuran di sekolah, refleksi bersama guru dan teman, atau membuat karya kenangan bersama bisa menjadi alternatif yang lebih membumi dan menyentuh hati.

Persiapkan biaya untuk acara perpisahan sekolah sejak awal. (KOMPAS/SUPRIYANTO)
Persiapkan biaya untuk acara perpisahan sekolah sejak awal. (KOMPAS/SUPRIYANTO)

Saatnya Lebih Bijak Memaknai Perpisahan Sekolah

Setiap kali ada acara sekolah hampir selalu muncul istilah populer, UUD (Ujung-Ujungnya Duit). Tak terkecuali pada momen perpisahan atau wisuda sekolah membutuhkan biaya tidak sedikit. Yang menjadi ujung tombak pembiayaan tentu saja para orangtua. Nah, bagi keluarga dengan lebih dari satu anak maka beban finansial ini terasa semakin berat menggerus anggaran yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan lebih prioritas.

Di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian seharusnya kita mulai membangun kebiasaan selektif dalam menentukan prioritas keuangan. Sebab hidup tidak berhenti di acara perpisahan sekolah. Ada biaya masuk perguruan tinggi, biaya pendidikan lanjutan, bahkan kebutuhan mendasar sehari-hari yang lebih mendesak untuk dipenuhi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun