Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Atomic Habits Vs Mentalitas Sampah

26 Februari 2025   15:07 Diperbarui: 27 Februari 2025   21:26 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atomic habits dalam kebersihan. Sampah sekecil apapun itu tetap tanggung jawab pribadi. (Foto: AKBAR PITOPANG)

Pernahkah kita berhenti sejenak untuk menyadari bahwa setiap individu yang lahir ke dunia ini akan menghasilkan sampah seumur hidupnya? Dari popok bayi hingga peti mati, perjalanan hidup manusia tak lepas dari limbah dan atau sampah yang ditinggalkan.

Berdasarkan data secara global, rata-rata manusia di bumi ini menghasilkan sekitar 0,74 kilogram sampah per hari. Dengan jumlah yang bisa meningkat tergantung pada pola konsumsi dan gaya hidupnya.

Jika dihitung dalam setahun, satu individu bisa memproduksi 270 kilogram sampah. Dan jika dikalikan dengan populasi dunia yang mencapai 8 miliar jiwa maka hasilnya adalah miliaran ton sampah setiap tahunnya.

Persoalan sampah ini bukan sekadar masalah lingkungan tetapi juga kebiasaan dan budaya. 

Kesadaran dalam mengelola sampah seharusnya menjadi bagian dari atomic habits ---kebiasaan kecil yang jika diterapkan secara konsisten akan berdampak besar bagi keberlangsungan hidup manusia dan bumi.

Sayangnya, realita di Indonesia menunjukkan bahwa kesadaran dalam mengelola sampah masih jauh dari ideal. Membuang sampah sembarangan masih menjadi kebiasaan umum yang dilakukan tanpa beban sedikitpun.

Saat atomic habits menjadi kunci Indonesia bersih. (Foto: AKBAR PITOPANG)
Saat atomic habits menjadi kunci Indonesia bersih. (Foto: AKBAR PITOPANG)

Fenomena ini terlihat di berbagai tempat. mulai dari pinggir jalan, sungai, hingga area publik. Bahkan, tak jarang kita melihat masyarakat membuang sampah begitu saja meskipun tempat sampah telah tersedia di dekatnya.

Kesalahan terbesar dalam pola pikir masyarakat adalah menganggap bahwa pengelolaan sampah sepenuhnya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan. Seakan-akan setelah sampah terbuang maka urusan sudah selesai.

Padahal, setiap individu memiliki peran besar dalam mengurangi dampak negatif sampah. Kesadaran untuk reduce, reuse, dan recycle (3R) harus mulai diterapkan dari rumah, sekolah, dan lingkungan kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun