Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mahasiswa Tidak Wajib Skripsi, Syarat Kelulusan, dan Cara Mendidik Kultur Literasi

31 Agustus 2023   13:08 Diperbarui: 1 September 2023   16:30 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kelulusan mahasiswa. (Sumber: merdekabelajar.kemdikbud.go.id/ twitter@UGMyogyakarta)

Pada pasal 18 dalam peraturan tersebut menjadi sumber inspirasi baru yang membuka jalan menuju lulusan yang lebih siap menghadapi tuntutan dunia kerja yang terus berkembang.

Tidak lagi terpaku pada penulisan skripsi yang terkadang menyulitkan, pasal ini memperkenalkan prosedur kelulusan yang lebih dinamis dan berdaya guna. Mengedepankan kepentingan penerapan teori dalam praktik, mahasiswa diarahkan untuk melangkah ke dunia nyata melalui program magang. 

Proses magang minimal selama satu semester atau setara dengan 20 satuan kredit semester akan membekali mahasiswa dengan pengalaman yang berharga dalam dunia usaha, industri, atau dunia kerja.

Namun, mahasiswa program studi kedokteran, kebidanan, dan keperawatan dikecualikan dari ketentuan magang. Hal ini mungkin sejalan dengan kekhususan bidang-bidang tersebut yang mengharuskan pemahaman mendalam melalui pendekatan medis atau klinis.

Bagi program studi sarjana atau sarjana terapan, penentuan kelulusan tak lagi bergantung pada penyusunan skripsi, melainkan pada upaya mewujudkan kompetensi melalui tugas akhir yang bervariasi. Ini bisa berbentuk prototipe inovatif, proyek berdampak masyarakat, atau bentuk tugas akhir lain yang relevan. 

Pendekatan ini memberikan mahasiswa peluang lebih besar untuk menerapkan ilmu dan konsep yang telah mereka pelajari dalam lingkungan nyata, memberikan dampak positif yang langsung terasa bagi masyarakat.


Dalam era digital yang terkadang haus akan aksi nyata, pendekatan ini terasa lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan zaman. Mahasiswa tidak hanya terpaku di ruang perkuliahan, melainkan terlibat secara langsung dalam mengatasi tantangan dan peluang yang ada di masyarakat. 

Ketika ide-ide bermunculan dalam bentuk proyek atau inovasi, mereka dipacu untuk merancang solusi konkrit yang bermanfaat bagi komunitas masyarakat.

Momentum ini juga berperan penting dalam mengasah berbagai keterampilan esensial. Dari aspek kreativitas hingga kepemimpinan, mahasiswa dihadapkan pada situasi nyata yang memerlukan kemampuan problem solving. 

Dalam proses pelaksanaan proyek, mereka belajar berkomunikasi dengan efektif, bahkan melalui public speaking, serta memupuk rasa tanggung jawab dan sensitivitas terhadap kebutuhan masyarakat.

Dengan menerapkan peraturan yang lebih adaptif ini, dunia pendidikan tinggi akan lebih membuka peluang yang lebih luas bagi mahasiswa untuk meraih keberhasilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun