Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Balimau Jawi" dan Filosofi Tradisi Humanis untuk Hewan Kurban di Solok Selatan

13 Juli 2022   05:00 Diperbarui: 13 Juli 2022   19:14 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hewan perlu disayang (Foto: Akbar Pitopang)

Masih bolehkah saya menuliskan sebuah kisah tentang tradisi yang terjadi pada Idul Adha kemarin yang kami alami pada momen penyembelihan hewan qurban di daerah Solok Selatan, Sumatera Barat.

Secara jujur, baru pertama kali kami menyaksikan sebuah tradisi yang dilakukan jelang proses penyembelihan hewan qurban ini. Maka untuk itulah kami rasa perlu untuk berbagi kisah dan literasi budaya yang membuat negeri ini kaya pengalaman unik dan berharga bagi kita semua.

Masyarakat disana menyebutnya dengan "balimau jawi", sebuah tradisi memandikan sapi sebelum disembelih.

Balimausebagaimana yang kita ketahui merupakan sebuah tradisi masyarakat Minang dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Pada saat balimau, masyarakat akan mandi dengan air yang dicampur dengan limau (sejenis buah jeruk). Mandi balimau ini dilakukan semata-mata guna menyucikan diri.

Sedangkan jawi dalam bahasa Minangkabau artinya adalah sapi.

Jadi, balimau jawi dapat diartikan sebagai sebuah tradisi memandikan sapi dengan air limau yang dicampur dengan bahan-bahan lain.

Air limau yang dicampur dengan bahan lain seperti bunga-bungaan (Foto: Akbar Pitopang)
Air limau yang dicampur dengan bahan lain seperti bunga-bungaan (Foto: Akbar Pitopang)

Selain limau, airnya dicampur juga dengan bunga rampai, bunga-bungaan, gambelu dan sebagainya.

Air yang akan digunakan untuk memandikan sapi ini disiapkan oleh orang-orang yang terlibat didalamnya.

Misalkan untuk penyembelihan hewan qurban ini maka air balimau akan disiapkan oleh anggota masyarakat yang mendaftarkan diri untuk berqurban.

Balimau jawi ini sejatinya tidak hanya untuk sapi pada saat proses penyembelihan qurban. Tapi juga untuk proses penyembelihan hewan pada momen aqiqah misalnya, pada umumnya hewan yang disembelih adalah kambing atau domba.

Untuk itu, kami yang baru pertama kali menyaksikan proses memandikan sapi ini menjadi penasaran ingin mengulik lebih dalam apakah ada makna tersirat dari cara yang dilakukan tersebut.

Di kampung penulis sendiri yakni di Limopuluah Kota atau Payakumbuh, penulis tidak pernah menyaksikan momen semacam itu.

Penulis kira di daerah lain di Sumbar juga tidak ada cara seperti itu. Berarti kemungkinan besar tradisi ini hanya dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Solok Selatan. (Mohon koreksi jika penulis terbatas dalam literasi).

Setelah proses penyembelihan dan pembagian daging qurban usai dan kami serta masyarakat semuanya sudah kembali ke rumah masing-masing, kemudian penulis mencoba menanyakan apa makna dari balimau jawi ini. 

Penulis menanyakan hal tersebut langsung kepada mertua yang sudah lama menyaksikan tradisi balimau jawi ini dilaksanakan selama bertahun-tahun lamanya.

Dari penjelasan yang disampaikan beliau, penulis dapat merangkumnya menjadi beberapa poin dibawah ini.

Hewan perlu disayang (Foto: Akbar Pitopang)
Hewan perlu disayang (Foto: Akbar Pitopang)

Pertama, ketika manusia perlu untuk menghargai hewan.

Sama seperti manusia, hewan adalah makhluk ciptaan Tuhan. Semua makhluk ciptaan adalah wajib bagi manusia untuk menghargai keberadaannya.

Hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan lainnya selama ini sudah cukup berjasa dalam kehidupan umat manusia.

Bagi para petani, dengan bantuan hewan dalam membajak sawah akan meringankan pekerjaannya.

Sedangkan bagi peternak, sapi untuk budidaya yang menghasilkan pundi-pundi rupiah atau sebagai mata pencaharian.

Sapi dan kambing sering dijadikan “korban” untuk proses peribadatan. sebut saja untuk dijadikan hewan qurban, aqiqah, walimah atau kondangan, dan sebagainya.

Coba bayangkan jika tidak ada hewan ternak itu, mungkin akan cukup menyusahkan bagi manusia dalam beribadah atau melakukan aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, melepas kepergian hewan dengan cara yang “berperikehewanan”.

Hewan ternak yang akan disembelih tersebut perlu untuk merasakan kepergian dengan rasa damai dan kasih sayang yang mereka dapatkan dari pemilik atau manusia.

Semua hewan walaupun tidak punya akal, tapi punya perasaan yang bisa merasakan rasa kasih sayang yang diberikan atau ditunjukkan oleh manusia kepada mereka.

Mungkin dengan tradisi balimau jawi ini, hewan ternak tersebut bisa merasakan niat baik manusia kepada mereka bahwa manusia ingin mereka pergi dengan rasa ikhlas dan menghormati keputusan manusia untuk menyembelihnya.

Air yang dicipratkan kepada hewan sama dengan air yang biasa dituangkan keatas tanah setelah manusia yang meninggal dikebumikan.

Proses balimau jawi atau memandikan sapi sebelum disembelih (Foto: Akbar Pitopang)
Proses balimau jawi atau memandikan sapi sebelum disembelih (Foto: Akbar Pitopang)

Ketiga, menetralisir bau tubuh hewan.

Pernahkah anda mencium aroma yang keluar dari tubuh hewan ternak seperti sapi dan kambing?

Sungguh aroma yang tidak sedap untuk dicium. Bahkan bagi yang jarang atau belum terbiasa mencium aroma tubuh hewan, malah bisa membuat mereka menjadi muntah-muntah dan mual.

Maka, dengan memandikan atau mencipratkan air limau dan campuran bahan-bahan lainnya tersebut dapat sedikit menetralisir aroma hewan yang kurang sedap.

Keempat, murni sebagai bentuk tradisi budaya humanis bukan keagamaan.

Kami tekankan untuk para pembaca yang budiman bahwa tradisi balimau jawi ini murni semata-mata bentuk manusia menunjukkan sisi humanisnya terhadap hewan.

Tradisi ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan syariat agama. Maka jangan beranggapan bahwa cara tersebut akan mendatangkan pahala atau dosa bagi yang tidak melakukannya. Bukan seperti itu konsepnya.

Karna ini murni sebagai bentuk kepedulian manusia kepada hewan ternak semata.

Jika tidak dilakukan pun tidak masalah.

"Balimau Jawi" sebuah tradisi unik di Solok Selatan (Foto: Akbar Pitopang)

Nah, demikianlah makna dari tradisi “balimau jawi” yang penulis saksikan langsung pada proses penyembelihan hewan qurban setelah shalat Idul Adha kemarin.

Semoga informasi dapat menambah literasi budaya bagi para Kompasianer dan untuk para pembaca sekalian dimanapun berada.

Indonesia ini kaya akan tradisi dan budaya. Di seluruh pelosok negeri ada saja budaya atau tradisi unik yang akan kita temukan jika kita mau mengeksplorasi lebih dalam.

***

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun