(1 2) + (0 2) + (1 2) + (1 2) untuk bagian bilangan bulat
(1 2) + (0 2) + (1 2) untuk bagian bilangan pecahan
Hasilnya adalah 8 + 0 + 2 + 1 + 0,5 + 0 + 0,125 = 11,625 dalam desimal.
Perhitungan ini menunjukkan bahwa meskipun hanya terdiri dari angka 0 dan 1, sistem biner bisa mewakili semua bilangan desimal. Tidak heran jika seluruh sistem digital modern bergantung pada sistem ini.
3. Sistem Bilangan Heksadesimal
Sistem bilangan heksadesimal menggunakan basis 16 (base-16). Artinya, sistem ini memiliki 16 simbol: angka 0--9 ditambah huruf A, B, C, D, E, dan F. Setiap huruf merepresentasikan nilai desimal tertentu, misalnya A = 10, B = 11, C = 12, D = 13, E = 14, F = 15.Â
Heksadesimal sering digunakan dalam pemrograman komputer karena lebih ringkas. Sebagai contoh, bilangan biner yang panjang dapat ditulis lebih singkat dalam heksadesimal. Misalnya, 11111111 biner sama dengan FF dalam heksadesimal. Karena sifatnya yang padat dan efisien, sistem ini sering dipakai untuk menampilkan alamat memori atau kode warna dalam desain digital.
Perlu di perhatikan bahwa heksadesimal bukan sama dengan desimal. Contohnya, AA heksadesimal sama dengan 10101010 biner. 10101010 biner sama dengan 170 dalam desimal.
4. Sistem Bilangan Oktal
Terakhir, ada sistem bilangan oktal yang berbasis 8 (base-8). Sistem ini menggunakan delapan simbol angka, yaitu 0 sampai 7. Sama seperti heksadesimal, sistem oktal juga sering dipakai untuk mempersingkat representasi bilangan biner. Tiga digit biner bisa diubah langsung menjadi satu digit oktal.
Sebagai contoh, biner 101 011 sama dengan 53 dalam oktal. Penggunaan oktal memang tidak sepopuler heksadesimal, tetapi dalam beberapa bidang teknik dan komputer lama, sistem ini masih dipakai.