Letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu menghasilkan abu vulkanik dengan jumlah yang sangat besar, yakni sekitar 150 juta meter kubik. Abu tersebut tersebar banyak kampung di sekitar lereng Merapi dan memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat.
Apa Saja Isi Abu Merapi?
Abu vulkanik Merapi ini ternyata mengandung unsur kimia yang beragam jumlahnya banyak (unsur mayor), sedang (unsur minor), bahkan sangat sedikit (trace element). Beberapa unsur mayor yang terkandung di antaranya adalah:
- Silikon (Si), Aluminium (Al), Kalsium (Ca), dan Besi (Fe) sebagai unsur mayor.
- Kalium (K), Magnesium (Mg), Mangan (Mn), Natrium (Na), Fosfor (P), Sulfur (S), dan Titanium (Ti) sebagai unsur minor.
- Unsur jejak seperti emas (Au), arsen (As), barium (Ba), kobalt (Co), krom (Cr), tembaga (Cu), nikel (Ni), timbal (Pb), seng (Zn), dan sebagainya.
Potensi Pemanfaatan Abu Merapi
Karena kandungan silikon, aluminium, dan kalsium yang tinggi, abu Merapi berpotensi besar dimanfaatkan sebagai bahan baku semen atau produk berbasis semen seperti beton dan keramik. Selain itu, kandungan besi dan titanium yang cukup banyak juga memungkinkan untuk diekstraksi dan dimanfaatkan dalam industri logam dan bahan pewarna.
Abu Merapi juga mengandung kalium dan fosfor yang bermanfaat sebagai unsur hara tanah. Ini berarti, abu vulkanik bisa membaja tanah jika diolah dengan tepat. Namun, perlu ada kajian lebih lanjut agar penerapannya tidak salah dan tidak menimbulkan masalah baru.
Dampak Negatif Abu Merapi
Di balik manfaatnya, abu Merapi juga membawa risiko. Kandungan sulfur yang tinggi membuat abu ini bersifat asam, sehingga bisa menurunkan kesuburan tanah dan merusak benda-benda berbahan logam. Selain itu, beberapa unsur logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), krom (Cr), tembaga (Cu), dan nikel (Ni) yang terdapat dalam abu dapat berbahaya bagi kesehatan jika sampai mencemari air atau rantai makanan.
Penelitian menunjukkan bahwa setelah erupsi, kadar besi di air sungai, sumur, dan bak penampungan terbuka memang meningkat. Namun, air di bak penampungan yang tertutup tetap aman untuk digunakan. Untungnya, tidak terdeteksi adanya pencemaran logam berat berbahaya di air yang diuji.
Kesimpulan