Mohon tunggu...
AkakSenja
AkakSenja Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan yang terus belajar, bertumbuh, dan sembuh melalui tulisan.

Ekspresif yang aktif. Menulis untuk diri sendiri. Fotografi dan pejalan jiwa. Penikmat kopi dan penyuka senja.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Dibuat Susah? Jika dengan Melakukan Hal Sederhana Bahagia Menjadi Lebih Mudah?

26 Desember 2020   16:45 Diperbarui: 26 Desember 2020   16:51 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/anak-anak-sekolah-tertawa-602967/

Beberapa menit kemudian, ada seorang ibu yang mempersilakan tempat duduknya. Awalnya saya menolak, namun ibu itu bilang kalau dia akan segera turun. Akhirnya, saya menerima tawaran beliau. Ibu itu beralih ke bus bagian depan. Setengah jam berlalu, dan ibu itu belum turun. Ada perasaan bersalah, kenapa saya menerima tawaran beliau? Tapi, tak lama kemudian ibu itu turun. Perasaan lega menyeruak, setidaknya ibu itu tidak berdiri lebih lama lagi.

Bahagia sekali rasanya, ketika masih ada orang yang mau peduli dengan memberikan apa yang mampu mereka beri. Mereka menyantuni hati nurani mereka dengan memberi. Tidak hanya dengan materi atau waktu, tapi juga tenaga dan banyak hal lainnya yang bagi beberapa orang itu sepele.

Bagi saya, sekecil apapun kita berbagi dengan orang di sekitar kita tanpa melihat dia siapa, agamanya apa, suku dan rasnya apa, -saya tuliskan lagi- bahwa semua itu akan kembali dalam berbagai bentuk. Seperti sederhananya senyuman saat bertemu dengan tetangga di jalan. Meski hanya sekilas senyuman kita di antara kesusahan mereka. Terkadang, senyuman yang kita beri menjadi pengisi energi semangat bagi mereka. Seperti yang saya sampaikan di awal tadi, meski sederhana dan sepele, tetapi berarti.

Semisal tetangga saya itu suasana hatinya sedang tidak baik. Lalu, saya menyapa dia dengan senyuman diikuti kata sapaan, "Mari, Bu," atau "Permisi, Bu," dan sebagainya. Suasana hati yang awalnya buruk, dengan senyuman dan sapaan yang kita beri bisa jadi mengubah suasana hatinya menjadi lebih baik. Memang sesederhana itu memberi dan berbagi kebahagiaan. Kita bahagia dan mereka juga bahagia.

Terkadang pemberian itu kembali dalam wujud yang sama. Sebuah senyuman. Seperti saat suasana hati kita sedang buruk, kemudian ada saja seseorang yang memberikan senyumannya diikuti kata-kata penyemangat, bukankah itu membahagiakan? Tentu saja. Tetapi, bagi sebagian orang lagi-lagi hal seperti itu dianggap sepele.

Dari setiap hal yang saya lakukan, pasti ada saja yang tidak sependapat. Contohnya ibu dan adik saya. Sering kali, saya kena teguran dari mereka karena terus saja mengutamakan orang lain. Memang, beberapa kali saya mengutamakan orang lain dalam keadaan saya yang kurang baik.

Pernah, waktu itu saya habis jatuh dari sepeda motor. Tapi, waktu itu tempurung lutut saya terdapat luka basah karena jatuh tadi. Waktu itu masa penyembuhan. Agar lukanya cepat kering, saya hampir dua mingguan di rumah. Nah, jauh sebelum saya jatuh dari motor, saya sudah ada janji dengan seorang teman jauh.

Kita janjian bertemu di kota yang kita sepakati. Yah, tetanggaan dengan kota tempat tinggal saya. Dengan jarak tempuh perjalanan sekitar dua jam. Namanya juga janji, diiringi dengan segala omelan, saya nekat berangkat.

Ngapain sih, bela-belain berangkat?

Alasannya sederhana. Bertemu dengan teman jauh itu rasanya membahagiakan. Dengan kita meluangkan waktu sedikit saja, mereka bahagia sekali. Yah, lagi-lagi ini menjadi prinsip hidup saya. Saya tidak terlalu suka mengobrol lewat daring. Jadi, kalau bisa bertemu, kenapa tidak? Nah, di waktu seperti itu, saya lebih banyak bercerita dan bercengkerama atau sesekali menjadi pendengar.

Nah, kesimpulan dari definisi bahagia bagi saya adalah dengan terus memberikan kebahagiaan untuk orang lain, meski kebahagiaan itu sesederhana memberikan senyuman dan kata 'semangat'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun