Beberapa jam yang lalu saya membeli mainan tuk anak-anak saya, yang menurut saya sangat kreatif, berupa seekor burung yang bergerak kesana-kemari diiringi musik yang menyenangkan bagi anak-anak. Dan yang membuat saya terkesan adalah keluarnya telor-telor plastik secara periodik dari dalam tubuhnya.
Yui, mudah sekali ditebak, Made in China!
Orang-orang Cina ini memang luar biasa, lihat saja penetrasi dan rambatan produk-produknya yang sangat dalam dan mendunia. Saya pernah membaca berita di media internasional bahwa saking khawatirnya Amerika terhadap kemajuan dan perkembangan Cina, Amerika mengutus ratusan profesor-profesornya untuk mempelajari segala hal tentang Cina.
Oke deh gak usah jauh-jauh, di Medan, tempat saya tinggal selama 17 tahun hingga hari ini, orang-orang Cina-lah yang menguasai perekonomian kota Medan. Hal ini bisa dibuktikan dari hari-hari libur orang Cina, roda perekonomian kota Medan seakan-akan berhenti, beda dengan hari-hari libur yang lain.
Kondisi ini membuat iri, dengki hati orang-orang yang nggak bener, orang-orang yang "nggak berpendidikan".
Sayangnya, pemikiran orang-orang yang nggak bener ini merasuk kemana-mana, bahkan diwariskan melalui lingkungan sosial.
Saya termasuk salah satu korbannya, hingga saya keluar dari lingkungan tersebut.
Menariknya, justru pemikiran orang-orang yang nggak bener tersebut yang memicu saya mempelajari karakter sosial budaya orang-orang Cina, dikombinasikan dengan baik oleh hadis, "Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina."
*****
Awalnya, saya sempat menyalah-nyalahkan pemilik-pemilik tanah dan pemerintah terdahulu, sehingga dengan gampangnya mereka menjual tanah-tanah atau lokasi-lokasi strategis di kota Medan. Sebagai informasi, tanah-tanah di pusat kota Medan (Kec. Medan Kota) dan sekitarnya didominasi oleh orang-orang Cina. Misalnya pusat penjualan komputer di Jl. Merak Jingga dan pusat penjualan plastik di sekitar Jl. Bawean.
Sepengamatan saya, pusat-pusat perekonomian hulu di kota Medan dikuasi oleh orang-orang Cina.