Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Sedih, karena Prabowo-Sandi Sudah Pasti Kalah?

15 Desember 2018   18:52 Diperbarui: 15 Desember 2018   20:46 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: news.okezone.com

SBY sedih, begitu sebuah berita menyebutkan. 

Mengapa SBY sedih? Apakah karena ia yakin pasangan capres Prabowo-Sandi sudah pasti kalah pada Pilpres 2019 nanti? Tanda-tanda kekalahan Prabowo-Sandi itu sudah dilihatnya dengan jelas?

Cukup aneh kalau SBY sedih karena alasannya seperti itu. Publik selama ini mengira SBY terkesan tidak peduli apakah Prabowo-Sandi menang atau kalah di Pilpres 2019 sejak bukan AHY yang menjadi cawapres Prabowo.

Manuver-manuver politik Partai Demokrat selama ini pun dinilai oleh sebagian pihak cenderung mementingkan diri sendiri, atau lebih mengurus Pileg, bukan Pilpres, meski secara formalitas Partai Demokrat adalah bagian dari koalisi parpol yang mengusung pasangan capres Prabowo-Sandi.

Jadi sekali lagi agak aneh kalau SBY sedih karena Prabowo-Sandi sudah pasti kalah sebagai alasannya. Kalau SBY sedih karena ada hal yang merugikan dirinya atau Partai Demokrat masih masuk di akal.

Ternyata benar, SBY sedih bukan karena alasan Prabowo-Sandi sudah pasti kalah tadi, tapi SBY sedih disebabkan sejumlah atribut Partai Demokrat di Pekanbaru dirusak oleh orang yang tak dikenal.

Mengapa atribut-atribut Partai Demokrat yang dirusak tadi tidak segera disingkirkan atau dibersihkan?

Jawaban mudahnya, jika hal itu dilakukan, maka tidak akan ada berita SBY sedih. Wartawan yang mengikuti SBY meninjau ke lapangan akan mengubah beritanya. Bukan SBY sedih lagi, tapi entah apa nama beritanya, dan simpati pun tidak mengalir. 

Namun menurut SBY, ia mendapat laporan terkait adanya pengrusakan atribut Partai Demokrat dan ingin memeriksa sendiri ke lapangan supaya yakin laporan tadi tidak mengada-ada, setelah itu SBY pun antara lain mengatakan seperti ini:

"Saya ini bukan capres, saya tidak berkompetisi dengan Bapak Presiden Jokowi. Saya sebagai pemimpin Partai Demokrat berikhtiar, berjuang, dengan cara-cara yang baik, yang amanah, sesuai dengan yang diatur dalam konstitusi dan UU, tapi kenyataan ini yang kami dapatkan." (detik.com).

Mengapa SBY hanya menyebut nama Jokowi, sedangkan nama Prabowo tidak? Apakah di balik pernyataan SBY tadi tersirat makna tertentu, misalnya yang jadi capres sebenarnya hanya Jokowi, sedangkan Prabowo sekadar "pelengkap penderita" saja, atau dengan kata lain Pilpres 2019 sudah pasti dimenangkan oleh Jokowi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun