Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gaya Hidup Bisa Merubah Prilaku

1 Desember 2011   15:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:57 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak akan membahas persoalan ini secara global, saya hanya membahas dampak dari gaya hidup konsumtif dan hedonis yang akhir-akhir ini marak dibicarakan, sebetulnya masalah pola dan gaya hidup ini sangat personal sifatnya, kalau pun dibahas disini hanya ingin berbagi tentang dampaknya saja. Pola dan gaya hidup Hedonis kalaulah dianut oleh masyarakat yang memang berkecukupan tidaklah menjadi masalah, tapi kalau masyarakat biasa mengikuti gaya hidup seperti itu akan sangat berdampak pada kehidupan ekonominya, karena gaya hidup Hedonis cenderung sangat konsumtif, kesenangan memakai dan memiliki segala macam barang yang bersifat branded, mahal dan terkenal menjadi kepuasan tersendiri. Yang sangat dikuatirkan adalah gaya hidup seperti ini dianut oleh kalangan pejabat negara, karena semua juga tahu kalau pejabat negara itu pendapatannya bisa ditakar, tapi kebanyakan gaya hidupnya melebihi takaran, belum lagi gaya hidup isterinya yang masuk dalam kalangan sosialita, maka akan menambah beban pengeluaran rumah tangganya. Inilah yang disinyalir mengakibatkan banyaknya kasus korupsi dikalangan pejabat negara, antara gaya hidup dan pendapatan yang tidak seimbang. Dikalangan masyarakat menengah juga tidak terkecuali, akibat gaya hidup yang hedonis ini sehingga menjadi dikejar-kejar debt collector. Ada yang berpikir gaya hidup akan memperlihatkan derajat sosial sesorang, sebetulnya ini anggapan yang salah. Derajat hidup seseorang itu bukanlah diukur dari seberapa kayanya dia, atau seberapa tinggi jabatannya. Kesalahan persepsi dalam sudut pandang inlah yang akhirnya merubah prilakunya, kalau tadinya jujur bisa menjadi tidak jujur karena ingin memenuhi hasrat tersebut. Sebetulnya derajat seseorang itu bukanlah diukur dari kekayaan atau tingginya pangkat, derajat seseorang itu akan tinggi dimata masyarakat kalau dia mampu memberikan manfaat bagi orang banyak, sehingga dengan demikian dia kan dihormati dan dicintai orang banyak, dengan demikian semakin tinggilah derajatnya didalam masyarakat. Inilah yang banyak terjadi didalam masyarakat kita, kehormatan sesorang diukur dari kekayaan dan tingginya pangkat. Hidup setiap orang sudah ada takarannya, ketika sesorang memaksakan diri melebihi takaran yang sudah ada, maka hanya tinggal menunggu waktu kehancurannya saja. Hidup berpoya-poya dengan menggunakan uang hasil korupsi, ujung-ujungnya dipenjara. Hidup poya-poya dan bergaya layaknya orang kaya, tapi dibiayai oleh kartu kredit, memang sewaktu menggunakannya tidak terasa, tapi sewaktu tagihannya datang barulah terasa mau pecah kepala, lalu akhirnya mencoba menghindar kejaran tagihan kartu kredit, tapi tak kuasa, pada akhirnya mencari jalan pintas untuk menghindarinya, bukan keselamtan yang diterima, tapi malah musibah yang didapat. Inilah pentingnya hidup sesuai dengan takaran yang ada, kalau memamng belumwaktunya janganlah dipaksakan, sekalipun memang sudah berkemampuan, ada baiknya juga ditahan. Hidupalah dalam takaran keawajaran jangan sampai berlebihan, karena tuhan sendiri tidak suka dengan hal-hak yang berlebihan. Demikianlah sekedar ulasan singkat saya tentang Gaya Hidup dan prilaku sosial , semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, 1 Desember 2011 Salam -Ajinatha

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun