Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Nekad Mengabaikan Koalisinya?

13 Desember 2018   08:27 Diperbarui: 13 Desember 2018   09:13 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Tribunews.com

Setelah lolos sebagai Capres, atas pemenuhan syarat Presidential Threshold (PT), Prabowo tidak lagi terlalu peduli dengan kesolidan koalisi. Prabowo agaknya sudah memperhitungkan kesetiaan dukungan Partai Koalisinya tidak bisa terlalu diharapkan, nyatanya memang, satu persatu kekuatan dukungan dalam Partai koalisinya terus berkurang.

Pengaruh dari tidak adanya kader Partai yang terwakili dalam Capres dan Cawapres, membuat Demokrat dan PAN lebih memilih untuk lebih fokus di Pileg ketimbang di Pilpres. Banyak DPP yang lebih mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf daripada Prabowo-Sandi. Jelas ini akan berdampak pada soliditas koalisi.

PKS yang pada awalnya merupakan Partai pendukung utama Gerindra dalam koalisi, dan ujung tombak Pemenangan Prabowo-Sandi, lewat hesteg #2019GantiPresiden, sekarang mulai tidak ingin all out dalam memberikan dukungan, hanya dikarenakan jatah kursi Wagub DKI masih digantung Prabowo, bahkan ada kemungkinan jatah tersebut tidak diberikan pada PKS.

Dengan nekad, Prabowo tidak terlalu memperdulikan segala riak-riak perpecahan yang terjadi ditubuh koalisinya, Prabowo lebih fokus membangun serangan kekubu lawan, dengan kekuatan yang tersisa. Lebih nekad lagi, Prabowo melakukan penetrasi Politik kekandang lawan.

Invasi kubu Prabowo ke basis dukungan Jokowi di Jawa Tengah dan Solo, memang harus dilakukan, karena sebagai rival satu-satunya Petahana, Prabowo memang harus lebih menyerang, hanya saja apakah secara hitung-hitungan, kekuatan seperti apa yang efektif untuk dilakukan.

Tidak ada jaminan dengan memindahkan Basecamp Politik ke Jateng dan Solo, akan memperkuat daya serang terhadap lawan. Pertanyaannya, serangan model apa yang akan diterapkan dibasis lawan.? Apakah bergrilya memperoleh dukungan, lewat pengaruh dan isu negatif.?

Cara-cara seperti itu tidak lagi efektif, karena lawan mempertahankan serangan tersebut dengan sangat elegant. Jelas cara yang dilakukan lawan akan jauh lebih menuai simpati. Di Jateng dan Solo, adalah basis dukungan panatik Jokowi, militansi dukungan mereka tidaklah bisa diragukan lagi.

Berpolitik erat kaitannya dengan hal-hal yang strategis, tidak bisa hanya bermodalkan nekad tanpa perhitungan. Dalam banyak hal, kubu Prabowo-Sandi terbilang kurang hati-hati dalam mengumbar pernyataan. Terlebih lagi isu ingin mengusung kembali kejayaan Orde Baru, itu adalah tindakan bunuh diri.

Boleh saja orang-orang yang pernah menikmati kejayaan Orde Baru, menganggap Soeharto berhasil dalam memberikan warna Kepemimpinan pada jamannya, namun tidak bisa dipungkiri, citra negatif Soeharto sebagai sebagai Penguasa terkorup didunia, yang disematkan media-media asing, sangat melekat dikalangan masyarakat.

Ingat, pernyataan-pernyatan Prabowo akhir ini banyak yang kontraproduktif. Hal itu akan sangat mempengaruhi dukungan, apalagi pengakuan dosa La Nyalla, yang menetralisir pernyataan tentang fitnah Jokowi sebagai aktivis PKI, jelas hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun