Mohon tunggu...
AjiK KojjeK
AjiK KojjeK Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.belajarsejenak.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karyawan Progresif

30 Agustus 2013   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:37 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini didedikasikan bagi mereka-mereka yang bekerja menjalani rutinitas tiap hari, berangkat jam 7 pagi pulang jam 4 atau 5 atau 6 sore atau bahkan 8 malam, begitu itu terus menerus, 5 atau 6 hari dalam seminggu selama berpuluh-puluh tahun sampai pemakainya "puas" pada usia seorang karyawan 55 tahun keatas.

Tulisan ini juga bagi mereka yang untuk membeli sepeda motor baru mungkin bisa lunas setelah 2, 3 atau bahkan 5 tahun. Yang untuk beli rumah sederhana harus prihatin 5 tahun pertama beli tanah, 5 tahun berikutnya bangun pondasi, 5 tahun berikutnya bangun dinding, 5 tahun selanjutnya bikin atap dan sisa umurnya baru mengisi isi dalam rumah.

Tulisan ini juga untuk karyawan yang hidupnya sudah tergadai sampai setidaknya saat mereka pensiun, kontrak untuk menjalankan pekerjaan yang (maaf) bisajadi sangat monoton dan menuntut beberapa stok kesabaran dan ketelatenan setiap harinya. Walaupun begitu yang disebut karyawan ini sangat diperebutkan diluar sana. O Iya tulisan ini juga untuk mereka-mereka yang sedang berjuang untuk menjadi melamar menjadi karyawan.

Dan berikut sekelumit corat-coret tentang karyawan. Sudah jadi karyawan mentalnya ya juga jangan karyawan, mentalnya yang tangguh, setangguh ibu terhadap anaknya. Sudah jadi karyawan intelektualnya juga jangan mandeg sebatas pengetahuan rutinitas dan itu-itu melulu saja. Sudah jadi karyawan itu ya sekadar pembagian tugas saja, sebagaimana ada kepala, ada tangan dan ada kaki, jadi ndak perlulah terlalu mundhuk-mundhuk sama atasan, sewajarnya saja sesama manusia.

Karyawan itu peran, kalau mengabdi ya sama Tuhan, jangan mengabdi sama Bos, jangan mengabdi sama Juragan, jangan mengabdi sama atasan. Atasan, Bos dan Juragan sekadar media penghubung dengan terutama sama Tuhan. Mengabdi sama Tuhan dengan jalan melaksanakan apa yang diperintahkan para atasan semata demi terselenggaranya proses produksi atau demi kelancaran proses penyaluran kemaslahatan.

Setiap diri adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Identitas masing-masing harus tetap ada tanpa dikaburkan dan dengan itu pondasi kerjasama dibangun. Lingkungan kerja yang tidak meniadakan peran satu orang pun, tidak menganggap penting yang satu dan men-tidakpenting-kan yang lain. Semua bekerjasama dalam harmoni, kerjasama yang nguwongke, tidak eksploitatif dan membudaki. Kerjasama yang meringankan setiap pekerjaan, kerjasama yang mempermudah langkah-langkah kemaslahatan.

Karyawan sendiri aslinya kan orang yang berkarya, tetapi dalam pemaknaan saat sekarang, karyawan adalah orang-orang yang nunggu dawuh/perintah, kreatifitas dan inovasinya sempit padahal kalau mengacu asal katanya maka karyawan adalah orang yang senantiasa berkarya, berani berijtihad, mendayagunakan akal dan pikirannya untuk membikin sesuatu yang bermanfaat. Karyawan adalah orang-orang yang ditangannya terkandung barokah karena kemampuannya menggubah rahmat menjadi barokah, sebagaimana tukang kayu yang mampu "menyulap" kayu jadi mebel.

Karyawan adalah pekerjaan yang mulia, bagian dari hakekat beribadah yaitu melayani, memberikan pelayanan kepada orang lain. Karyawan adalah kata kerja bukan kata benda, dimana selama nyawa masih dititipkan dalam tubuh manusia, selama itu manusia harus terus berkarya. Tak ada kata pensiun didalam berkarya, sebagaimana kewajiban manusia menuntut ilmu dari lahir sampai ke liang lahat.

Bos sejati semua karyawan tak lain adalah Allah Swt. Jadi kita semua berkarya untuk Allah karena 100 % saham diri kita adalah milik Allah. Pada akhirnya nanti yang menggaji diri kita juga Allah. Kalau sama Allah jangan hanya berorientasi soal uang ketika memandang rejeki, sebab kesehatan, anugerah pengetahuan, taburan ilmu, mengalirnya kasih sayang silaturahim, semuanya adalah rejeki yang Allah kasihkan sebagai "gaji" bagi siapa saja yang rajin di dalam berkarya.

Setiap berkarya maka tujuannya untuk orang lain, serve to other, sedangkan yang tujuannya untuk kesenangan diri sendiri, kejayaan pribadi maka tak lebih hanyalah jual-beli semata dan disana berpotensi menanggung kerugian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun