Mohon tunggu...
Muhammad Hujairin
Muhammad Hujairin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Palembang, Sumatera Selatan dan menyukai ekspedisi keliling Indonesia untuk melihat berbagai macam kultur dan budaya. Menulis dan membaca adalah hobiku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Drupadi

30 November 2011   08:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

....

“ Draupadi has five husbands - but she has none -
She had five sons - and was never a mother …
The Pandavas have given Draupadi …
No joy, no sense of victory
No honour as wife
No respect as mother -
Only the status of a Queen …
But they all have gone
And I'm left with a lifeless jewel
And an empty crown …
My baffled motherhood
Wrings its hands and strives to weep... "

Puisi ‘Kurukhsetra’ karya Amreeta Syam tersebut terus berngiang di telingaku, ketika udara sangat dingin menyergap Kye Gompa, sebuah desa tertinggi di Himalaya. Disini, ketika lorong waktu di studioku melemparkanku kemari, di akhir kisah para Pandawa menempuh perjalanan terakhirnya menuju Inderaloka, perjalanan menggapai Shangrilla...

Dan ketika puisi itu terus berngiang-ngiang di kepalaku, seperti mendengar penyair yang suaranya terus ber-echo dan feed back dalam setiap sulur-sulur urat syaraf di kepalaku, mataku lekat tak berkedip sekejap pun memandang sosok cantik yang terkenal dalam hikayat yang dikisahkan Mpu Wiyasa. Seperti mimpi, namun mimpi ini telah berhasil membawa ithiasa mahabharata kedalam alam nyataku melalui lompatan quantum.

“Sherpa..” suara lembutnya menghentakanku dari alam pikiranku.

“Sherpa..” Ia mengulangi panggilannya lagi. Aku tak menjawab, mataku tertunduk namun sejurus kemudian aku berdiri dan menghampiri. Udara dingin terasa sangat menyengat, kunyalakan perapian di gubuk ini. Para Pandawa telah meninggalkan Drupadi sendiri disini, Kye Gompa,dan yang kutahu akhir kisah mereka adalah satu persatu mereka akan wafat dan menggapai shangrilla. Di sekeliling tampak hanya beberapa kelap-kelip cahaya pelita dari gubuk-gubuk lain di desa ini, cahaya yang terpendar ditingkahi kristal-kristal salju, dan dingin pun terasa semakin menusuk.


“Draupadi has five husbands - but she has none....

Dan kuperhatikan bulir-bulir kristal bening jatuh dari sudut-sudut mata bidadarinya, lalu bulir-bulir itu membeku sebelum sempat menyentuh lantai kayu gubuk ini.

“No joy, no sense of victory...” puisi itu terus menderaku.

“kisahku hanyalah ithiasa, sesuluh, yang baik untuk engkau pelajari..yang jelek engkau buang”. Drupadi tersenyum. “apa yang berkecamuk di pikiranmu?”

“Tak ada penghargaan untuk seorang istri..” jawabku datar, mengalir begitu saja dari mulutku mengikuti bait puisi yang terus terngiang di relung-relung guratan neuron-ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun