Mohon tunggu...
ajiah nurulaeny
ajiah nurulaeny Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN

lakukan hal yang bermanfaat hidup hanya sekali

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan dengan Pandemi Covid-19

18 November 2020   17:08 Diperbarui: 18 November 2020   17:17 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pict from detikNews 

Sudah 8 bulan lebih, pemerintah menganjurkan Pembelajaran jarak jauh. Hal ini disebabkan adanya virus Covid -- 19 yang menyebar luas diseluruh negara. Virus ini penularannya cepat yang mulanya ditemukan di Wuhan China dan menyebar sampai Indonesia. Melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 berisi arahan mengenai belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh. Seperti dilansir Buku Panduan Pembelajaran Jarak Jauh : Bagi Guru selama Sekolah Tutup dan Pandemi Covid -- 19 dengan semangat Merdeka Belajar, terdapat dua prinsip pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi yakni :

  • Tidak Membahayakan: Sebagaimana guru di seluruh dunia mencoba untuk mengurangi kemungkinan kerugian dalam belajar karena gangguan sekolah, keselamatan dan kesejahteraan siswa (students well -- being) harus menjadi hal terpenting untuk dipikirkan. Upaya penyampaian kurikulum secara jarak jauh tidak menciptkan lebih banyak stres dan kecemasan bagi siswa dan keluarganya.
  • Realistis : guru hendaknya memiliki ekspektasi yang realitis mengenai apa yang dapat dicapai dengan pembelajaran jarak jauh, dan menggunakan penilaian profesional untuk menilai konsekuensi dari rencana pembelajaran tersebut.

Salah satu wali murid Sekolah Dasar di Semarang mengatakan; "Kenyataan yang dialami sekarang ini, para orang tua mengeluh dengan adanya PJJ ini. Realitas yang terjadi adalah Orang tua mengeluh akan gadget yang tidak mumpuni selama PJJ. Hal ini karena keadaan  ekonomi setiap wali siswa ada yang sanggup dengan adanya PJJ serta memberikan fasilitas full, serta ada wali siswa yang tidak sanggup akan hal tersebut." Untungnya pihak sekolah cepat tanggap menangani hal tersebut. Setelah diberikan gadget pasti harus diisi dengan paket data. Wali siswa tersebut tidak sanggup membeli paket data tersebut, dan untungnya para wali murid yang lain inisiatif iuran untuk membelikan paket data tersebut, imbuhnya". Menurut contoh tersebut bahwa di masa Pandemi ini ada sebagian masyarakat yang tidak mampu memberikan fasilitas kepada anaknya dalam hal Pendidikan.

Selain itu salah satu Ibu Rumah Tangga di Semarang yang anaknya sedang menempuh Taman Kanak -- Kanak juga mengalami kesulitan dalam mengajari anaknya. Menurutnya, anak kurang konsentrasi dalam belajar dan mudah bosan. Hal ini menyebabkan emosi dari orang tua karena ketidaksanggupan dalam mendidik anak di rumah. Karena guru hanya memberikan tugas dan orang tua yang memikirkan cara bagaimana si anak tersebut paham apa yang diajarkan orang tua. Hasilnya kebanyakan orang tua stress menghadapi tugas yang diberikan guru dan juga stress anak kurang fokus dalam belajar.

Selain itu dilansir dalam Liputan6.com bahwa Survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan responden siswa dan guru pada 13 -21 April 2020. Survei dilakukan di 20 Provinsi dan 54 Kab/Kota di Indonesia. " Stress dengan pembelajaran jarak jauh belajar di rumah terbukti ditunjukkan, Ternyata 79,9 % anak mengatakan bahwa proses pembelajaran jarak jauh tanpa interaksi," papar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti. "maksudnya, guru hanya memberikan tugas dan menagih tugas, tanpa ada interkasi belajar, seperti hanya tanya jawab langsung atau guru menjelaskan materi, Hanya 20,1 % saja yang menyatakan, ada interaksi interaksi antara guru sama siswa.

Lamanya virus ini, orang tua berharap sekolah segera dibuka karena ketidakmampuan mereka untuk mendidik anaknya selama 8 bulan lebih di rumah. Serta kekurangan dalam hal fasilitas serta tidak pahamnya materi pembelajaran pada anak. Dilansir dari Jawapos,com, Melalui revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri, sekolah yang berada di zona hijau dan kuning diperbolehkan melaksanakan kegiatan belajar mengajar  (KBM) tatap muka. Dibalik hal itu munculnya cluster baru dimulai, dilansir dalam @laporCOVID19 ada 6 cluster penyebaran di sekolah. Salah satu contohnya cluster Sekolah Tegal yang mana Siswa SD dari Kecamatan Pangkah, Tegal tertular dari Kakeknya dan potensial menulari guru dan teman sekelasnya yang sempat mengikuti KBM tatap muka di sekolah. Hal ini sangat mengkhawatirkan jika anak tersebut abai protokol kesehatan dan berimbas pada penyebaran kepada temannya dan gurunya.

Untuk itu aturan dan realitas yang terjadi di masyarakat sangat berbeda dikarenakan fasilitas yang belum memadai dan belum bisa disanggupi oleh wali murid, serta menimbulkan stress kepada orang tua yang tidak sanggup mengajari anak -- anak dan kurangnya pemahaman terhadap materi di sekolah. Ada baiknya tetap mematuhi protokol kesehatan agar semua aktivitas kembali normal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun