Mohon tunggu...
Rahmania Agustin Aswin
Rahmania Agustin Aswin Mohon Tunggu...

Learner

Selanjutnya

Tutup

Money

Engineer dalam Pembangunan Indonesia #PJTDVIIHMMT

8 Maret 2014   13:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:09 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dalam umurnya yang sudah mencapai lebih dari setengah abad sekarang ini masih berstatus 'negara berkembang'. Status ini menurut saya wajar karena memang Indonesia sampai saat inipun masih gencar melakukan pembangunan dan pengembangan hampir di segala sektor. Semua sektor tersebut termasuk sektor industri.

Dunia perindustrian di Indonesia menurut saya sebagian besar masih dikuasai oleh orang luar. Indonesia memang memiliki industri milik sendiri di beberapa sektor seperti sektor makanan minuman, minyak dan gas alam, dan beberapa sektor yang industrinya sangat besar. Namun bila dibandingkan dengan yang jumlah perusahaan luar bidang industri, dengan keadaan industri mereka jauh lebih besar (kebanyakan dalam tambang dan minyak, beberapa sektor makanan minuman, dan beberapa sektor lain), keuntungan yang diperoleh murni oleh industri Indonesia masih kecil dibanding dengan industri asing. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Dunia industri adalah dunia yang erat kaitannya dengan seorang insinyur atau engineer. Bagi saya, seorang engineer adalah inti dan penggerak dari dunia industri karena engineer paham akan suatu bidang industri. Engineering mempelajari bagaimana agar industri dapat berjalan produksinya.

Industri yang paling potensial di Indonesia adalah industri pengelolaan SDA sejenis mineral barang tambang dan minyak dan gas alam. Kita memang memiliki satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan minyak (Pertamina) dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang menguasai industri gas alam di Indonesia. Kita memiliki perusahaan yang bergerak dalam bidang tambang (Antam). Tetapi di Indonesia ini juga bergerak perusahaan-perusahaan ber-'genre' sama dengan jumlah yang dapat dikatakan lebih banyak.

Jumlah yang lebih banyak ini menurut saya kurangnya engineer yang berkompeten di Indonesia. Banyak faktonya, misal banyak engineer yang lebih memilih bekerja di luar, atau engineer dengan kompetensi pas-pasan yang nganggur, dan sebagainya. Padahal, apabila engineer yang berkompeten banyak, akan banyak pula berdiri perusahaan yang dapat 'menyaingi' jumlah perusahaan asing. Tidak perlu lagi mengekspor barang tambang mentah dan membeli kembali murninya, tidak perlu lagi khawatir tentang tambang-tambang yang dikeruk, tidak perlu lagi banyak perusahaan luar yang mengebor minyak dan gas. Biaya yang dikeluarkan juga semakin kecil sehingga dapat digunakan untuk kesejahteraan bangsa sendiri.

Memang sudah sering dibahas, bahwa keberadaan engineer di Indonesia sangat dibutuhkan, Saya juga membahas hal yang sama dalam publikasi opini pertama ini, karena memang pernyataan itu benar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun