Mohon tunggu...
Ajeng Wulandari
Ajeng Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih menjadi Mahasiswa

Hobi nonton drakor dari pagi sampai sore jika libur kerja

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Feature: Derita yang Merata Akibat Kebakaran

23 Desember 2022   12:34 Diperbarui: 23 Desember 2022   12:49 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manis (49) duduk termenung di atas jembatan penyebrangan. Matanya nanar menyaksikan setiap bagian dari rumahnya digilas api. Pikirannya berkecamuk mengingat rumah ukuran 6x7 meter yang dibangun dari hasih jerih payah selama bertahun-tahun habis terbakar.

Manis satu di antara 450 kepala keluarga (KK) yang terpaksa kehilangan tempat tinggal karena musibah ini. Kebakaran Pasar Gembrong terjadi pada, Minggu (24/4) pukul 21.06 WIB. Sebanyak 400 bangunan terdampak kebakaran tersebut. Bangunan tersebut mulai dari rumah hingga pertokoan. Bangunan yang hangus berada di lima RT. Termasuk rumah Manis, yang sudah ditempatinya selama 50 tahun.

Api mulai terlihat dari rumah Ibu Rawinah di lantai dua yang diduga korsleting listrik, Manis menyaksikan sendiri dengan rasa takut. Kaget bukan kepalang. Karena yang dilihatnya adalah gumpalan api besar yang bergerak cepat memorak-porandakan bangunan. Awan memerah, kepulan asap yang pekat membuat Manis bingung luar biasa. Sontak Manis dan masyarakat yang melihatnya berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Manis bersyukur walaupun rumahnya turut terbakar, ia bersama dengan anggota keluarga lainnya berhasil menyelamatkan diri meski tidak ada satupun barang-barang di rumahnya yang berhasil dievakuasi.

“Yang penting kami semua selamet, semua barang-barang ludes terbakar” kata Manis.

Penghasilan dari bekerja serabutan Rp30.000 per hari kadang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk membangun rumah kembali. Kini, Manis beserta istri dan 3 anak pun terpaksa tinggal di tenda pengungsian yang dibangun oleh Pemerintah yang berada dekat lokasi kebakaran. Sembari menunggu datangnya bantuan dari Pemerintah.

“Pendapatan cuma Rp30.000 sehari kadang gadapet, bingung rumah nanti gimana. Nunggu bantuan dari pemerintah ajasih saya” ujarnya.

Seperti Manis, ratusan pengungsi yang tersebar di sejumlah tenda darurat juga mengalami penderitaan yang sama setelah bangunan mereka yang sudah luluh-lantak dilahap api.

Aroh (40) yang tinggal di tenda pengungsian, gundah karena bangunan hasil menabung selama bertahun-tahun terbakar dan tersiksa selama tinggal di tenda.

“Sedih banget rumah hasil dari nabung 10 tahun habis aja tuh terbakar, di tenda panas juga banyak debu” kata Aroh.

Kini ratusan bangunan itu hanya tinggal puing-puing. Termasuk milik Manis, bangunan dan isinya hancur. Hanya tersisa dua pilar di bagian samping saja. Abu sisa kebakaran juga masih menumpuk di sejumlah lokasi kebakaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun