Mohon tunggu...
Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Mohon Tunggu... Konsultan - man purposes God disposes - ssu

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

Financial

Sabar dalam Kemiskinan Vs Syukur dalam Kekayaan, Mana yang Lebih Baik?

25 Desember 2018   19:03 Diperbarui: 25 Desember 2018   19:30 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakatuh.

Para pemirsa yang dirahmati oleh Alloh SWT..

Mana yang lebih baik..?  Miskin dalam kesabaran atau kaya dalam kesyukuran?

Hidup ini adalah roda pedati. Hidup ini bermacam-macam. Sengaja Alloh SWT menjadikan sebagian dari kita mandiri, mampu bahkan kaya sebagian dari kita ada yang miskin, kekurangan, ada yang sabar, ada yang tidak. Orang yang kayapun ada yang bersyukur, ada yang kufur. Ada yang sombong, ada yang rendah hati. Itu adalah kenyataannya..

Tapi, jikalau kita disuruh memilih oleh Alloh SWT, anda mau jadi apa?

Jawabannya, 'jangan pernah memilih untuk miskin sekalipun dalam kesabaran'.

Kenapa? Bukankah itu baik?

Jawabannya Yes, itu baik.. Seperti sabda Rasulullah SAW (dalil hadits yang artinya) 'Sangat luar biasa kata Baginda Rasul seorang Muslim itu, jikalau dia dikasih karunia dia bersyukur, jikalau dia dapat cobaan, kekurangan, dia bersabar. Semuanya baik. Dan tidak ada, kecuali pada diri seorang Muslim.  Cuma, dalam kacamata ekonomi, mana yang lebih bisa memberikan dampak sosial, ekonomi kepada masyarakatnya?

Jawabannya, kalau yang miskin dalam kesabaran itu baik tapi baiknya untuk dirinya sendiri. Gak menggerutu, dia sabar, dia ridho, dia qona'ah, In shaa Allah baik. Tapi, 'seorangan wae'. Baiknya untuk dirinya saja. Cuman jikalau seorang itu kaya, dengan cara yang halal, saya ulangi, kaya dengan cara yang halal.. karena penyakit ummat ini jikalau disebut kaya, ujungnya korupsi aja.. Ketika disebut kaya, konotasinya macem-macem aja.. banyak orang yang kaya caranya halal. Banyak orang yang kaya caranya 'legitimate'.

Dan itulah orang kaya yang kita maksud..  Kaya dengan 'halaalan, thoyyiban, mubarokan fiih'. Orang yang miskin sabar itu baik untuk dirinya sendiri, tetapi orang yang kaya dengan cara yang halal, rendah hati, lalu bersyukur, baik untuk dirinya dan baik untuk keluarganya, baik untuk keponakannya, baik untuk karyawannya, baik untuk RT-nya, baik untuk lingkungannya, baik untuk bangsanya, karena bayar pajak. Baik untuk masjidnya, karena ngasih waqaf. Baik untuk yatim piatu karena membangunkan rumahnya. Baik untuk mahasiswa karena ngasih beasiswa. Baik untuk madrasah karena ngasih AC. Dan baik untuk 'izzatul Islam' (kehormatan Islam). Karena ummat Islam kaya-kaya. Subhanallah..

Jadi, jangan pernah mau bercita-cita ingin jadi miskin apakah lagi dengan alasan ingin meniru Rasul, itu salahnya kuadrat. Pilihannya salah, menyampaikan sesuatu terhadap Rasul juga salah. Saya paling sedih jikalau ada orang yang mengatakan Rasul itu miskin. Nah nanti akan ada pembahasannya khusus tentang itu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun