Mari berbicara mengenai permata yang hilang dari mahkota ummat...! Dari  banyak literatur, tentu kita mengetahui mengenai keutamaan rasa malu  yang dapat kita teladani dari para Anbiyaa (Nabi-Nabi), sahabat, hingga tokoh masyarakat. Kita tentu masih ingat dengan rasa malu yang dimiliki oleh Al Musthafa Rasulullah Muhammad SAW yang seperti gadis perawan dalam pingitan. Belum lagi Usman Bin Affan yang kaya raya, santun, dan memiliki rasa malu yang tinggi hingga banyak yang meneladani sifatnya. Ada juga rasa malu yang ditunjukkan Umar Bin Abdul Aziz saat ia menjabat menjadi seorang khalifah dan bersama istri dan keluarganya meninggalkan semua kekayaannya. Bahkan beliau pernah mematikan lampu minyak dalam rumahnya saat ada yang mengajaknya berbicara bukan untuk kepentingan negara karena malu kepada Allah SWT jika memakan harta negara untuk kepentingan pribadi walau hanya untuk beberapa tetes minyak lampu.Â
Tidak usah dipertanyakan lagi mengenai penting dan beruntungnya orang yang memiliki rasa malu. Dan sebaliknya, betapa berbahayanya bagi orang yang tidak memiliki rasa malu. Sebut saja korupsi, pencurian, pelecehan, pemerkosaan, penipuan, pembunuhan, juga aksi merugikan lainnya yang lahir dari manusia dan pihak yang mandul rasa malu.Â
Untuk mempertahankan 4 sifat agung (Amanah, Fathonah, Shiddiq, Tabligh) pun membutuhkan pelumas 'malu' untuk progres keempat sifat tersebut. Maka, lihatlah! Bagi mereka yang memiliki rasa malu: seorang ayah yang giat bekerja karena malu jika anak istri tidak dipenuhi kebutuhannya. Seorang anak akan giat belajar karena malu pada orang tuanya jika tak maksimal belajar. Seorang pemimpin tidak akan ngawur dalam tugas apalagi korupsi karena malu pada Allah SWT yang selalu melihatnya. Pemerkosaan akan jauh berkurang karena para wanitanya tidak sembarangan mengobral auratnya. Seorang hamba, karena malu pada Rabbnya, akan sungguh-sungguh dalam hidupnya untuk mengabdikan diri padaNya. Dan semuanya, dan sebagainya.Â
Rasa malu, dengan berbagai jenisnya yang positif, maka berasal dari sumber yang sama, yaitu keimanan akan Tauhid kepada Allah yang mantap. Ketauhidan yang kokoh lahir dari ilmu yang mendalam, yang diambil samudra hikmah Qur'an dan Sunnah. Bersegera menanam bibit keimanan yang akan menumbuhkan rasa malu hingga menghasilkan bunga akhlak dan perbaikan ummat. Mari, bersama kita bawa kembali permata yang hilang itu ke mahkota ummat. Wallahu 'alam.
Sentul City, 28th of March, 2013