Mohon tunggu...
Aisya Putri Akmalia
Aisya Putri Akmalia Mohon Tunggu... Institut Tazkia

Mahasiswa akuntansi syariah dengan latar belakang pendidikan saya sebagai lulusan keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transisi Mekkah dari Politeisme ke Monoteisme: Pelajaran dari Misi Nabi

3 November 2023   08:41 Diperbarui: 3 November 2023   08:51 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Transisi Mekkah dari politeisme ke Monotheisme merupakan peristiwa penting dalam Sejarah Islam. 

Peristiwa ini pada dasarnya terjadi Ketika kemunculan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa wahyu Allah serta menyampaikan pesan monoteisme atau kepercayaan terhadap than yang ESA yaitu Allah sebagai entitas Ilahi yang mendominasi segala sesuatu. Tepatnya pada abad ke-6 Masehi, yang juga dikenal sebagai abad ke-7 Hijriyah dalam penanggalan Islam.

Mekkah sebelum datangnya Islam adalah pusat politeisme di semenanjung Arab. Dimana tempat terpusatnya patung-patung dewa dipuji dan Ka'bah menjadi tempat ibadah utama bagi suku Quraisy. Hal ini tak memungkiri bahwasannya mekkah hidup dalam keragaman keyakinan dan praktik keagamaan yang beragam.

Oleh karena itu artikel ini menjelaskan perubahan besar yang terjadi ketika Nabi Muhammad mulai menyebarkan pesan tauhid dan monoteisme dalam islam. Tantangan dalam menjalankan misi Nabi yang menjadi amatlah keras dan bagaimana perlawanan dari masyarakat yang sangat melekat pada politeisme. Dan menjelaskan segmen peran Ka'bah dalam transisi ini.

Maka seperti apakah Misi Nabi yang mengubah Transisi Mekkah dari Politeisme ke Monotheisme, bagaimana perjuangan dan ketabahan dapat membawa perubahan sosial yang signifikan?

Politeisme Mekkah pra Islam dan peran ka'bah dalam transisi

Mekkah menjadi pusat politeisme dengan peran ka'bah yang merupakan bangunan suci juga menjadi tempat ibadah utama yang dikelilingi oleh berhala-berhala dewa atau dewi sebagi objek penyembahan. Masyarakat mekkah percaya bahwa berhala- berhala tersebut mewakili berbagai aspek kehidupan.

Catatan Karen Armstrong dalam Islam: A Short History  menjelaskan "[Pada masa Nabi Muhammad] ada 360 berhala disusun di sekitar Ka'bah, mungkin merepresentasikan jumlah hari dalam setahun,"

Tak hanya itu keberagaman suku arab yang memiliki berbagai tradisi, bahasa dan praktik agama menunjukan bahwa mereka sering kali bersaing terutama mengenai kendali atas Ka'bah. Ka'bah sendiri merupakan pusat ziarah bagi suku-suku Arab yang menjadi budaya kerumunan dan ziarah yang kuat di mekkah. Praktik keagamaan yang dilakukanpun temasuk upacara penyembahan berhala, korban hewan, dan juga tawaf mengelilingi ka'bah.

Pesan Tauhid dari Misi Nabi Muhammad

Transisi Mekkah dari politeisme ke Monoteisme dimulai dengan pesan tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Juga menjadi misi kenabian utama dakwah Rasulullah Saw, periode mekkah adalah pemurnian akidah. Pemurnian akidah ini ditujukan bagi ajaran tauhid Nabi Ibrahim yang telah banyak diselewengkan dan menimbulkan kesesatan. Dengan usaha Rasulullah dalam mengubah kebiasaan taklid kepada nenek moyang dan meluruskan segala adat istiadat, kepercayaan, dan upacara-upacara keagamaan.

Begitupun pesan tauhid yang menekankan pada keesaan Allah. Allah adalah pencipta, pemelihara, dan penguasa alam semesta, dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Diartikan bahwa tidak ada entitas ilahi lain selain Allah, dan tidak ada mitra atau anak-anak Allah.

Pesan tauhid mendorong manusia untuk tunduk dan patuh kepada Allah dalam segala aspek kehidupan. Ini mencakup mematuhi hukum-hukum agama (syariah) dan melakukan perbuatan baik sesuai dengan ajaran-Nya. Dan melibatkan bahwa setiap  ibadah, doa, dan tindakan baik yang dikerjakan hanyalah untuk Allah semata.

Pesan tauhid ini menolak praktik politeisme dimana diharapkan dapat membawa perubahan besar dalam peradaban di Mekkah dengan adanya prinsip sentral yang memandu keimanan, ibadah, dan perlakuan umat Islam. Pesan Tauhid dimaksudkan menjadi dasar agama Islam yang Allah wahyukan kepada umat-nya oleh Nabi Muhammad SAW.

Perlawanan dan kesulitan

Perubahan besar dalam menjalankan misi Rasulullah tentu saja mendatangkan perlawanan dan kesulitan. Masyarakat Mekkah yang telah lama melekat pada praktik politeisme dan penyembahan berhala melihat pesan tauhid Nabi Muhammad sebagai ancaman terhadap tradisi dan kepercayaan mereka.

Nabi Muhammad dan para pengikutnya menghadapi perlawanan dan kesulitan cukup besar dari masyarakat Mekkah yang masih memegang teguh kepercayaan lama mereka. Terjadinya ancaman, penindasan dan perlakuan kasar Masyarakat ketika menentang ajakan tauhid. Suku Quraisy penduduk dominan di mekkah sampai membuat penerapan tidak diperbolehkan adanya perdagangan dan dukungan sosial kepada Nabi Muhammad dan pengikutnya.

Meskipun dihadapkan pada perlawanan yang kuat dan kesulitan besar, Nabi Muhammad dan para sahabatnya tetap kukuh dalam keyakinan mereka dan dalam penyebaran pesan tauhid. Dengan dibacakannya surah Fussilat ayat 13:

 
Artinya: Jika mereka berpaling, katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu (azab berupa) petir seperti petir yang menimpa (kaum) 'Ad dan (kaum) Samud."

Menunjukan perjuangan nabi yang tiada hentinya demi menegakkan misi tauhid yang didakwahkannya.

Kesimpulan

Keberhasilan misi Nabi dalam transisi Mekkah dari politeisme ke monoteisme adalah pencapaian yang monumental dalam sejarah Islam. Dalam menghadapi perlawanan yang kuat dari suku Quraisy dan masyarakat Mekkah yang erat dengan praktik politeisme, Nabi Muhammad dan para pengikutnya menunjukkan ketabahan yang tak tergoyahkan dalam menyebarkan pesan tauhid.

Melalui dakwah Rasulullah dan pengikutnya mereka berhasil mengubah keyakinan masyarakat yang beragam menjadi pengakuan akan keesaan Allah sebagai entitas Ilahi yang tunggal. Perlawanan yang mereka hadapi hanya memperkuat tekad mereka, dan kesabaran serta kepemimpinan moral Nabi menjadi kunci dalam mencapai tujuan ini. 

Hasilnya adalah transformasi Mekkah menjadi pusat monoteisme Islam yang bersih dari penyembahan berhala, yang menjadi pijakan untuk penyebaran Islam ke seluruh dunia dan pembentukan fondasi agama yang kuat dan moral yang menginspirasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun