Mohon tunggu...
aisyah nur annisyul
aisyah nur annisyul Mohon Tunggu... Mahasiswi

hanya mahasiswi gizi yang senang membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pemanfaatan Sayuran Daun Hijau dan Kuning-Oranye sebagai Sumber Vitamin A Alami untuk Anak Sekolah Dasar

25 September 2025   21:00 Diperbarui: 25 September 2025   21:00 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pangan Sumber Vitamin A

Vitamin A merupakan mikronutrien esensial yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar. Kekurangan vitamin A masih menjadi masalah gizi yang signifikan di seluruh dunia, yang berdampak pada perkembangan penglihatan, sistem kekebalan tubuh, dan pertumbuhan pada anak-anak. Menurut WHO (World Health Organization), defisiensi vitamin A merupakan penyebab utama kebutaan yang sebenarnya dapat dicegah pada anak-anak, sekaligus meningkatkan risiko kematian akibat infeksi seperti diare dan campak. Data WHO menunjukkan bahwa setiap tahun antara 250.000 hingga 500.000 anak mengalami kebutaan akibat kekurangan vitamin A, dan hampir setengahnya meninggal dalam waktu satu tahun setelah kehilangan penglihatan.

Vitamin A berperan vital dalam berbagai fungsi fisiologis anak, termasuk penglihatan, pertumbuhan, diferensiasi sel, reproduksi, dan integritas sistem kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin A pada anak dapat menyebabkan rabun senja (hemeralopia), xerophthalmia, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan risiko infeksi. Mengonsumsi makanan yang kaya provitamin A, khususnya β-karoten yang banyak ditemukan pada sayuran berdaun hijau gelap dan sayuran berwarna kuning-oranye, merupakan pendekatan jangka panjang untuk mencegah defisiensi ini pada anak usia sekolah dasar. Namun, konsumsi sayuran di kalangan anak-anak masih rendah di banyak tempat, sehingga diperlukan program intervensi berbasis sekolah untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan memperbaiki status vitamin A mereka (Moroda et al., 2025).

Kebutuhan vitamin A anak bervariasi sesuai dengan tahap perkembangannya. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI, anak usia prasekolah membutuhkan 450 mikrogram vitamin A per hari. Untuk anak sekolah dasar, kebutuhannya berkisar antara 450-500 RE (Retinol Equivalent) atau 135-150 mikrogram per hari.

Lantas, Apakah Sayuran Daun Hijau dan Kuning-Oranye Efektif?

Sayuran berdaun hijau seperti bayam, kangkung, sawi, dan katuk kaya akan β-karoten yang akan diubah tubuh menjadi retinol. Sementara itu, sayuran berwarna kuning-oranye seperti wortel, labu kuning, ubi jalar oranye, dan paprika juga merupakan sumber provitamin A yang sangat baik. Berbagai penelitian observasional dan intervensi terbaru mengindikasikan bahwa memasukkan sayuran berwarna hijau dan kuning ke dalam pola makan anak dapat meningkatkan atau menjaga kadar provitamin A dalam tubuh mereka. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa program di sekolah dapat membantu anak-anak lebih banyak makan sayuran hijau dan buah berwarna yang kaya provitamin A. Sebagai contoh, penelitian Obana dan tim (2022) di Jepang menemukan bahwa program sekolah yang mendorong konsumsi sayuran hijau-kuning secara rutin berhasil meningkatkan kadar karotenoid di kulit siswa, yang menjadi tanda adanya peningkatan asupan provitamin A. Temuan ini menunjukkan bahwa memasukkan sayuran hijau ke dalam program makanan sekolah bisa menjadi cara efektif untuk memperbaiki status vitamin A anak.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa proses penyerapan β-karoten dari sayuran hijau ke dalam tubuh agar bisa menjadi vitamin A (retinol) sangat bergantung pada beberapa hal. Salah satunya adalah adanya lemak dalam makanan, karena lemak membantu tubuh menyerap β-karoten dengan lebih baik. Selain itu, kondisi gizi anak sebelum makan juga memengaruhi seberapa efektif tubuh mengubah β-karoten menjadi vitamin A. Jadi, saat mendorong anak untuk makan lebih banyak sayuran, penting juga untuk memastikan mereka mendapatkan sedikit lemak dalam makanannya agar vitamin A bisa dihasilkan secara maksimal. Banyak penelitian terbaru menjelaskan bagaimana proses ini terjadi dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Strategi Pemanfaatan Sayuran Daun Hijau untuk Anak Sekolah Dasar

Penelitian terbaru di Indonesia mengungkap bahwa intervensi berbasis kegiatan berkebun dan memasak dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk membentuk kebiasaan makan sehat pada anak usia dini. Sebuah studi quasi-eksperimental pada 66 anak prasekolah di Yogyakarta menunjukkan bahwa setelah mengikuti sembilan sesi aktivitas berkebun dan memasak, terjadi peningkatan signifikan pada sikap anak terhadap konsumsi sayuran, preferensi terhadap buah dan sayur, serta asupan serat. Selain itu, kelompok intervensi mengalami penurunan nyata dalam konsumsi makanan tinggi kalori seperti jajanan, gorengan, kue, dan minuman manis, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan berarti. Hasil ini menegaskan bahwa keterlibatan anak secara langsung dalam proses menanam, memanen, hingga memasak sayuran tidak hanya meningkatkan pengetahuan mereka tentang gizi, tetapi juga membentuk pola makan sehat sejak dini. Jika diterapkan pada jenjang sekolah dasar, program serupa berpotensi besar untuk mendorong peningkatan konsumsi sayuran hijau sebagai sumber alami vitamin A sekaligus mengurangi kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi kalori yang kurang sehat.

Anak sekolah dasar mudah mengalami kekurangan vitamin A, tetapi juga punya kesempatan besar untuk mulai dibiasakan makan makanan sehat. Sayuran hijau dan sayuran berwarna kuning-oranye mengandung beta-karoten yang bisa diubah tubuh menjadi vitamin A, dan sayuran ini cukup mudah ditemukan. Mengonsumsi sayuran tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi anak sekaligus melatih kebiasaan makan sehat sejak kecil. Oleh karena itu, sekolah menjadi tempat yang sangat penting untuk membiasakan anak makan sehat.

Salah satu pendekatan yang efektif adalah program berkebun dan memasak di sekolah, di mana siswa turut serta dalam proses menanam, merawat, memanen, hingga menyajikan sayuran. Penelitian di Yogyakarta menunjukkan bahwa metode ini mampu menumbuhkan sikap positif terhadap konsumsi sayuran sekaligus mengurangi kebiasaan mengonsumsi jajanan tinggi kalori. Melalui pengalaman langsung, anak-anak lebih mudah mengembangkan rasa suka terhadap sayuran. Strategi lain adalah memberikan edukasi gizi bagi siswa dan orang tua. Pentingnya vitamin A dapat diperkenalkan melalui pembelajaran interaktif, media visual seperti poster atau animasi, hingga permainan edukatif. Peran orang tua juga sangat besar karena pola makan di rumah turut menentukan keberhasilan program sekolah.

Selain itu, integrasi sayuran dalam penyediaan makanan sekolah juga penting. Menu makan siang dapat dirancang agar selalu mengandung minimal satu jenis sayuran berdaun hijau atau kuning-oranye, misalnya sop wortel bayam, tumis kangkung, atau ubi rebus sebagai camilan sehat. Dengan cara ini, anak terbiasa makan sayuran tanpa merasa terpaksa. Strategi ini sangat relevan untuk diimplementasikan melalui program Makan Siang Gratis (MBG) yang saat ini sedang dilaksanakan pemerintah. Dengan memasukkan sayuran kaya vitamin A ke dalam menu MBG, program tersebut tidak hanya berfungsi sebagai upaya pemenuhan gizi dasar anak, tetapi juga sebagai sarana pembiasaan pola makan sehat sejak dini, sehingga manfaat jangka panjangnya akan lebih terasa.

Penyediaan pilihan jajanan sehat turut menjadi solusi agar anak tidak tergoda makanan tinggi kalori rendah gizi. Kantin dapat berkreasi dengan olahan berbahan dasar sayuran, misalnya puding labu kuning, brownies ubi oranye, atau nugget bayam. Kreasi makanan ini mampu meningkatkan asupan vitamin A sambil tetap menyenangkan bagi anak. Selain itu, fortifikasi makanan tradisional dengan sayuran lokal juga dapat dilakukan. Beberapa hidangan populer dapat diperkaya sayuran, seperti menambahkan wortel dalam nasi goreng, bayam pada bakwan, atau labu kuning dalam bubur manis. Dengan cara ini, sayuran tersaji lebih menarik dan mudah diterima anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun