Mohon tunggu...
Aisyah
Aisyah Mohon Tunggu... -

mahasiswi. penulis. penjelajah alam.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ketika Bahasa Indonesia Jatuh Sakit

15 Agustus 2012   05:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:44 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Indonesia, adalah bahasa resmi yang digunakan di Negara Indonesia. Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat komunikasi yang dapat menyatukan seluruh agama, suku, dan ras yang ada di bentangan pulau negeri ini. Bahasa Indonesia adalah pemersatu di Negara Bhineka Tunggal Ika ini, begitulah seharusnya. Namun, Bahasa Indonesia kini telah merasakan banyak kesakitan yang belum dapat diobati oleh dokter atau psikiater manapun. Mungkin banyak yang telah tahu mengenai rasa sakit ini, namun tidak banyak yang menyadarinya apalagi yang berkenan untuk mengobatinya. Maka melalui karangan sederhana inilah, aku akan menceritakannya pada kalian betapa menderitanya Bahasa Indonesiaku, Bahasa Indonesia kita, selama ini.

Kesakitan yang pertama, Bahasa Indonesia telah direnggut kesuciannya oleh ‘lelaki-lelaki’ yang tidak bertanggungjawab. Bahasa Indonesia pada dasarnya adalah sebuah bahasa yang suci dan penuh keindahan. Dulu sekali, bangsa kita kebingungan saat harus berkata atau menulis, entah harus dengan bahasa Belanda, bahasa Melayu, atau bahasa tubuh? Saat itulah muncul Bahasa Indonesia yang suci dan memiliki kekuatan.

Dulu sebelum kemerdekaan, para pejuang sangat kesulitan untuk menyebarkan slogan-slogan dan berita-berita dalam bahasa Indonesia karena penggunaan bahasa Indonesia yang masih dilarang kala itu. Tetapi setelah mereka bersusah payah menjaga kesucian Bahasa Indonesia dari noda-noda kumpeni dan orang Jepang, ternyata justru para pemuda Indonesia sendiri yang menodai bahasanya. Bahasa Indonesia kini menjadi bahasa kacangan yang diabaikan, dicampur adukkan dengan berbagai macam bahasa lain yang kadang membuat orang-orang tua kebingungan. Dengarkan saja apabila seorang remaja berkata, “iya nih gue lagi on the way ke skul” atau “waah long time gak ketemu”. Sungguh kesucian dan keindahan Bahasa Indonesia telah terenggut sedikit demi sedikit. Dan begitulah kenyataannya kini, bangsa Indonesia sendiri yang mengaduk-adukkan warna putih pada Bahasa Indonesia dengan noda-noda yang sulit dihilangkan. Hal ini pada dasarnya telah menjadi hal yang wajar dan melekat pada diri kita, namun menurutku, hal inilah yang sebenarnya berarti ‘jahat’ terhadap bahasa sendiri.

Setelah kesucian telah direnggut perlahan, Bahasa Indonesia pun mengalami kesakitan yang lain. Bahasa Indonesia sering kali dituduh sebagai penghancur kesempurnaan seorang siswa. Maksudnya yaitu, Bahasa Indonesia kini telah menjadi momok lain bagi siswa-siswa yang akan menghadapi ujian nasional. Bahasa Indonesia, entah kenapa justru menjadi lebih menakutkan dibanding matematika atau fisika. Karena sungguh dalam sejarah Ujian Nasional, sangat sedikit siswa yang mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia, yang sudah sangat sering diucapkan, yang selalu digunakan setiap saat, dan menjadi pengantar sebelum tidur, ternyata tak lebih dari sebuah pelajaran yang sulit bagi siswa di sekolah-sekolah. Inilah yang masih sangat tidak dipahami. Apakah pelajaran tentang sastra dan keindahan bahasa sendiri ini sangatlah sulit? Ataukah memang otak siswa kebanyakan yang tidak mau menerima pelajaran ini sehingga sangat sulit mencapai nilai sempurna, atau mungkin memang Bahasa Indonesia terlalu mudah sampai mereka menganggapnya tidak perlu dipelajari? Jujur, selama menjadi seorang siswa, aku pun masih tidak mengerti mengenai hal ini. tapi yang aku tahu pasti, Bahasa Indonesia merasakan sedikit kebencian di hati para anak SMP dan SMA yang tak dapat nilai sempurna. Pasti, dan itu sungguh menyakitkan. Sungguh menyakitkan ketika harus mengetahui pemuda=pemuda yang kelak akan menjadi penerus bangsa ternyata lebih memahami bahasa Inggris daripada bahasa mereka sendiri.

Tidak hanya sampai disini kesakitan Bahasa Indonesia yang kusadari. Selanjutnya adalah tentang pengkhianatan, pengkhianatan bangsa Indonesia terhadap sumpah yang pernah diucapkan dulu, di tahun 1928. Masih ingatkah bangsa Indonesia dengan sumpah yang pernah diucapkan bersama-sama pendahulu kita dulu? Sebuah sumpah yang masih selalu diucapkan setiap tahun di bulan Oktober. Ya, sumpah untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Namun bagiku, sumpah ini telah dikhianati.

Bahasa Indonesia kini telah dinomor duakan oleh bangsanya sendiri. Kita bisa lihat dan dengar, setiap orang kini lebih suka belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, atau bahasa Mandarin. Kebanyakan orang kini ingin menjadi lebih internasional dan mereka mulai melupakan yang nasional. Jelas terlihat kini pada iklan-iklan di televisi yang menggunakan bahasa Inggris, atau pada lagi-lagu produk dalam negeri yang menggunakan bahasa Inggris, bahkan ada yang telah menggunakan bahasa Jepang dalam lagunya. Dan lagu-lagu inilah yang memenuhi telinga pemuda-pemudi Indonesia setiap harinya. Inilah salah satu hal yang membuat orang-orang kini lebih bangga bila bisa berbahasa Inggris atau Jepang. Mereka juga mulai mendidik anak mereka di rumah dengan membiasakannya berbahasa Inggris. Terlebih lagi, sekarang semua sekolah pun berlomba merebut standar internasional dan membiasakan setiap muridnya untuk dapat melakukan presentasi dengan bahasa Inggris. Padahal bagaimana mungkin seseorang dapat berstandar internasional kalau standar nasionalnya saja belum terpenuhi?

Sungguh ironi, melihat keterpurukan Bahasa Indonesia di Indonesia itu sendiri. Kini Bahasa Indonesia tak lagi menjadi bahasa persatuan, banyak yang memilih bahasa asing untuk mempersatukan mereka. Dan sungguh ironi bila kita mau menengok ke suku pedalaman yang masih berbahasa daerah, mereka masih bersusah payah belajar Bahasa Indonesia. Namun ternyata, Bahasa Indonesia telah dilupakan di daerah yang lebih maju. Bukankah Bahasa Indonesia terlahir dengan perjuangan dan cinta dari rakyat Indonesia pada negerinya sendiri? Bukankah hanya Bahasa Indonesia yang dapat menyatukan seluruh masyarakat Indonesia? Kenapa masih kita sakiti saja bahasa ini? Memangnya ada apa dengan Bahasa Indonesia, sehingga harus begitu malu untuk membanggakannya?

Dengarkan, banyak hal yang telah direnggut Negara lain dari Indonesia. Jangan biarkan satu-satunya alat pemersatu kita direbut oleh bangsa lain ataupun hancur karena kita sendiri. Karena ketika Bahasa Indonesia jatuh sakit, maka Negara Indonesia juga akan sakit dan lebih mudah diinjak-injak. Dan hanya kita, hanya bangsa Indonesia yang dapat menghilangkan rasa sakit yang dialami bahasa kita tercinta. Maka jangan biarkanBahasa Indonesia jatuh sakit lebih parah lagi. Dan ingat selalu pada sebuah sumpah, yang pasti pernah kita ucapkan dan kita ikrarkan:

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun