Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM) serta Sertifikasi Kompetensi Perencana Keuangan Syariah Internasional (RIFA). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Lansia, Belajar Menjemput Akhirat, Menjalin Silaturahim

16 Mei 2025   06:47 Diperbarui: 16 Mei 2025   06:47 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.geriatri.id/artikel/1233/sekolah-untuk-lansia-karena-belajar-tak-mengenal-usia

Sekolah Tak Mengenal Usia, Ilmu Tak Pernah Terlambat

Dalam perjalanan hidup manusia, masa tua sering kali dianggap sebagai fase penurunan, baik dari sisi fisik maupun aktivitas sosial. Namun pandangan ini perlahan berubah dengan munculnya inisiatif seperti Sekolah Lansia, yang membuktikan bahwa belajar tak mengenal batasan usia. Konsep ini menegaskan bahwa otak manusia, meski menua, tetap bisa berkembang jika terus diasah. Sekolah bukan hanya milik anak-anak atau kaum muda, tetapi ruang belajar yang hakikatnya terbuka bagi siapa saja yang haus ilmu, termasuk mereka yang telah memasuki usia senja. Di usia inilah, justru muncul kebutuhan baru untuk memahami hakikat hidup, memantapkan bekal spiritual, dan memperluas jaringan sosial yang mungkin telah menyusut karena pensiun, kehilangan pasangan, atau berkurangnya aktivitas harian.

Banyak lansia yang semasa mudanya begitu sibuk bekerja, membesarkan anak, memenuhi tanggung jawab keluarga, hingga tak sempat mengejar ilmu agama secara mendalam. Kini, ketika waktu lebih lapang dan tanggung jawab utama telah diselesaikan, kerinduan untuk memperbaiki hubungan dengan Sang Pencipta kian terasa. Sekolah lansia hadir menjembatani kebutuhan itu. Di sisi lain, ada juga lansia yang berlatar belakang pendidikan agama seperti pesantren, namun tetap ingin menjaga keistiqamahan dan memperluas pemahaman mereka dalam bingkai komunitas baru. Bagi mereka, sekolah lansia menjadi semacam "penguatan tahap akhir", bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk menjadi teladan bagi anak dan cucu.

Lebih dari sekadar tempat belajar, sekolah lansia adalah ruang aktualisasi diri. Lansia bisa merasa kembali dihargai, merasa punya peran, dan terhindar dari rasa kesepian. Ia menjadi tempat pulang, bukan dalam arti rumah secara fisik, tetapi rumah bagi pikiran, hati, dan semangat yang tetap ingin tumbuh meski tubuh mulai menua.

Kurikulum Sekolah Lansia: Menyeimbangkan Ilmu Dunia dan Bekal Akhirat

Kurikulum di sekolah lansia tidak dibuat sekadar untuk mengisi waktu, melainkan disusun dengan penuh kehati-hatian agar sesuai dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual para peserta didik usia lanjut. Inti dari kurikulum ini adalah keseimbangan, antara ilmu dunia yang relevan untuk menunjang kualitas hidup di masa tua dan ilmu akhirat yang menjadi bekal paling utama menuju kehidupan setelah dunia. Oleh karena itu, pembelajaran tidak hanya mencakup aspek kognitif, tapi juga emosional dan spiritual, dengan pendekatan yang hangat, bersahabat, dan bebas tekanan akademik.

Salah satu porsi terbesar dalam kurikulum sekolah lansia adalah pendidikan agama. Ini mencakup pembelajaran Al-Qur'an, mulai dari memperbaiki tajwid hingga memahami makna ayat-ayat yang menyentuh hati. Tak ketinggalan fiqih ibadah, seperti cara menyempurnakan shalat dalam kondisi fisik terbatas, tata cara puasa bagi lansia, pemahaman zakat dan sedekah, hingga praktik manasik haji dan umrah. Ada juga pelajaran tentang kematian sebagai bagian dari siklus hidup, bagaimana mempersiapkan diri secara batin, memahami hukum waris, membuat wasiat, dan menjadi bagian dari komunitas yang saling menasihati dalam kebaikan.

Di sisi lain, kurikulum juga menyediakan materi yang menunjang kehidupan harian lansia, seperti senam otak, yoga ringan, kesehatan holistik, gizi, dan pengelolaan penyakit kronis. Beberapa sekolah bahkan menyediakan pelatihan keterampilan ringan seperti memasak sehat, membuat kerajinan tangan, hingga literasi digital, agar para lansia tetap bisa terhubung dengan anak dan cucunya lewat gawai, dan tak teralienasi oleh kemajuan zaman. Bagi sebagian lansia, ini adalah kali pertama mereka belajar menggunakan aplikasi video call atau membaca berita secara online, pengalaman yang membangkitkan rasa percaya diri dan semangat baru.

Kurikulum ini juga memberi ruang besar untuk interaksi sosial. Ada kegiatan diskusi, bermain peran, hingga kelompok sharing pengalaman hidup. Tujuannya bukan sekadar menyampaikan materi, tetapi membangun kebersamaan, saling dukung, dan rasa bahwa hidup belum berakhir hanya karena angka usia terus bertambah. Maka dari itu, sekolah lansia bukanlah "tempat parkir usia senja," melainkan taman belajar yang menyuburkan semangat hidup dan mengantarkan peserta didiknya menuju akhir hayat dengan kepala tegak, hati lapang, dan jiwa penuh iman.

 Silaturahim dan Sekolah Lansia: Menata Relasi di Masa Sepuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun