Pendidikan di era digital menuntut guru untuk terus berinovasi dalam metode pembelajaran. Salah satu tantangan utama di SD Negeri Sampangan 01 Semarang adalah rendahnya pemahaman siswa kelas V pada materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya konsep abstrak seperti indra penglihatan. Observasi menunjukkan bahwa media pembelajaran yang digunakan selama ini bersifat satu arah dan kurang interaktif, sehingga tidak mampu mendorong partisipasi aktif siswa. Selain itu, penerapan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) belum optimal, menyebabkan diskusi kelompok kurang efektif.
Berdasarkan masalah tersebut, kegiatan Bhakti Akademisi FIPP UNNES di kelas V SD Negeri Sampangan 01 dilaksanakan dengan fokus pada peningkatan kompetensi pedagogik guru melalui pelatihan pembuatan multimedia interaktif berbasis storytelling. Tujuannya adalah membekali guru dengan keterampilan merancang media pembelajaran inovatif sekaligus mengoptimalkan strategi pengelolaan kelas.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam tiga tahap utama:
- Identifikasi Masalah melalui Wawancara
Tim pelaksana melakukan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Sampangan 01 untuk memahami akar permasalahan. Hasilnya, teridentifikasi bahwa media digital yang digunakan selama ini tidak melibatkan siswa secara interaktif, sementara model TGT belum diterapkan dengan strategi yang tepat.
- Pengembangan Produk Inovasi "Light Journey"
Media pembelajaran berbasis storytelling ini dirancang untuk menjelaskan konsep indra penglihatan melalui narasi petualangan cahaya. Fitur seperti animasi, kuis interaktif, dan simulasi visual diintegrasikan untuk memudahkan pemahaman konsep abstrak. Selain itu, desain media mendukung penerapan model TGT dengan menyediakan materi yang bisa diakses secara kolaboratif.
- Penyerahan media pembelajaran kepada sekolahÂ
Guru kelas V dilatih untuk membuat dan menggunakan media "Light Journey". Pelatihan mencakup teknis pembuatan multimedia, integrasi dengan model TGT, serta strategi memfasilitasi diskusi kelompok. Media tersebut kemudian diserahkan kepada sekolah sebagai alat pembelajaran berkelanjutan.
Hasil dan Dampak pada Kompetensi Pedagogik
Kegiatan ini memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru, khususnya dalam dua aspek:
- Penguasaan Media Pembelajaran Digital
Guru kini mampu merancang media interaktif yang sesuai dengan karakteristik siswa. Storytelling dalam "Light Journey" membantu guru menyampaikan materi IPA secara kontekstual, sementara fitur kuis dan animasi meningkatkan keterlibatan siswa. Hal ini sejalan dengan prinsip pedagogik modern yang menekankan pembelajaran student-centered.
- Optimalisasi Model Pembelajaran TGT
Pelatihan mengajarkan guru cara mengintegrasikan media dengan model TGT. Misalnya, kuis dalam "Light Journey" digunakan sebagai bahan kompetisi antarkelompok, sedangkan animasi menjadi dasar diskusi. Guru juga dilatih mengelola kelas dengan teknik time management dan pembagian peran siswa, sehingga diskusi kelompok menjadi lebih terstruktur.
Kompetensi pedagogik tidak hanya tentang penguasaan materi, tetapi juga kemampuan menciptakan lingkungan belajar yang dinamis. Pelatihan ini menunjukkan bahwa adaptasi teknologi dapat menjadi solusi untuk masalah pembelajaran konvensional. Keberhasilan "Light Journey" terletak pada pendekatan naratif yang memudahkan siswa memahami abstraksi IPA, sekaligus memicu kreativitas guru dalam merancang media.
"Saya merasa sangat terbantu dengan program Bhakti Akademisi ini. Pelatihan yang diberikan, ditambah dengan media 'Light Journey', mempermudah saya dalam menyampaikan materi IPA yang abstrak," tutur Ibu Ikhtaromaulidia, Wali Kelas V SD Negeri Sampangan 01
Keterlibatan guru dalam proses desain media juga memperkuat ownership terhadap inovasi tersebut. Hal ini mendorong guru untuk terus bereksperimen dengan tools digital lainnya, seperti Canva atau platform interaktif lainnya.
Program Bhakti Akademisi di SD Negeri Sampangan 01 membuktikan bahwa peningkatan kompetensi pedagogik guru dapat dicapai melalui pelatihan berbasis teknologi. Dengan menguasai pembuatan media interaktif dan strategi pengelolaan kelas, guru tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan kolaboratif. Inisiatif seperti ini perlu diperluas ke sekolah lainnya, khususnya di daerah dengan tantangan serupa, untuk mewujudkan pendidikan yang adaptif dan berkualitas.