Mohon tunggu...
Aisah
Aisah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dibalik Penyakit Masyarakat

16 Mei 2019   00:12 Diperbarui: 16 Mei 2019   00:19 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kenakalan remaja kian kini merambat luas.  Di kota yang besarpun menjadi salah satu pusat di mana kenakalan remaja merajalela.  Tak meski di wilayah kecil sekalipun,  kenakalan remaja memang menjadi salah satu tradisi di dalam kalangan remaja.  Berkat kejadian ini tersematlah sebuah kutipan 'Ga Nakal Ga keren'

Miris memang memandang suatu kenakalan remaja dianggap suatu hal yang lumrah dan menjadi salah satu budaya dari negeri ini.  Remaja memang adalah masa yang menyenangkan tapi alangkah baiknya jika salah satu masa menyenangkan itu dapat dilakukan dengan hal yang menyenangkan

Salah satunnya saya akan membahas masalah anak punk?  Siapa yang tidak mengenal anak punk dizaman seperti ini?  Apalagi gaya anak punk sempat menjadi trend, sifat yang terlihat kuat dan tahan banting membuat dirinya seperti anti rasa sakit.  Saya melihat biasanya anak punk akan mempunyai banyak tindik dibagian tubuhnya dan juga kita ketahui cara memakai tindik sangatlah menyakitkan.

Bayangkan jika semua tindik itu disematkan pada tubuh kita?  Pasti terasa sakit.  Tapi bagi anak Punk,  itu adalah sebuah gaya yang menciri khaskan kalangannya.  Dengan baju bewarna hitam dan rambut yang diwarnai dengan warna cerah.  Tidak lupa dengan berbagai alat musik yang selalu dibawa kemana-mana seperti gitar.

Saya adalah mahasiswa Universitas Riau berjurusan Sosiologi. Diluaran zona kampus sering sekali terlihat beberapa genk anak punk. Anak punk biasanya tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi.  Biasanya mereka akan berjalan-jalan sambil bernyanyi dengan suara yang nyaring.


Panasnya terik dan embatan debu membuat mereka terlihat berkuasa saat dijalanan.  Semua menatap mereka dengan banyak arti. Saya sebenarnya sangat ingin bercerita lebih lagi dengan mereka mengenai keputusan mereka untuk menjadi anak jalanan dan memilih suatu kegiatan yang sering sekali dianggap sebelah mata oleh banyak orang.

Saya pernah membaca sebuah penelitian dengan berbagai perspektif alasan mengapa anak punk memilih jalan hidupnya seperti ini. Sala satunya adalah kurangnya pengawasan orangtua dan kasih sayang orangtua yang minim.  Semua anak biasanya sangat suka diperhatikan oleh orangtua,  tetapi jika kasih sayangnya berkurangg malah menjadi tidak ada sama sekali,  membuat sang anak tidak betah berada di rumah dan memilih minggat.


Juga salah satu alasannya adalah sebuah keretakan keluarga,  misalnya orangtua yang sering ribut bahkan memberikan contoh yang kurang baik.  Memilih untuk keluar dari rumah seperti itu pasti adalah jalan satu-satunya anak punk.  Anak yang mana yang tidak sedih melihat kedua orangtuanya kerap bertengkar dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas.  Belum lagi dia harus melihat beberapa contoh yang tidak baik sepeti tindakan kekerasan dan mungkin pemukulan dari pihak ayah kepada sang ibunda.

Seorang anak jika sudah terserang mental maka dia akan berbuat dibawah alam sadarnya. Maksudnya di bawah alam sadar adalah sebuah hasutan dari teman-teman sepergaulan.  Seseorang yang mentalnya mudah runtuh.  Maka akan mudah sekali menerima sebuah hasutan,  entah itu baik atau tidak,  yang terpenting dia merasa ada yang berada disisinya dan dia merasa tidak sendiri.

Anak Punk biasnya memiliki perkumpulan-perkumpulan,  biasanya mereka akan memilih suasana gelap pada tempat tongkrongan mereka.  Misalnya sebuah bangunan yang tidak jadi ataupun sebuah rumah kosong dengan jauhnya tetangga-tetangga yang tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.

Jika benar-benar diteliti,  anak punk bukanlah anak berandalan pada umumnya.  Arah permasukan kompleks rumah saya, di depan sebuah posko jaga mereka sering bercanda gurau dan jika salah satu ayah atau ibu mereka memanggil, maka anak yang terpanggil akan gonta gantai menyahut orangtuanya dan meninggalkan perkumpulannya untuk sementara.

Di sana timbul sebuah perspektif saya. Sebenarnya mereka adalah kelompok pembangkang atau tidak . Jika mereka sangat menakuti kedua orangtuanya, mengapa harus memilih jalan sebagai anak punk?

Anak punk adalah anak yang menghabiskan banyak waktunya dijalanan, tetapi bukan mereka tidak punya rumah atau tempat bernaung. Bahkan ada juga yang masih kelihatan sangat manja di depan orangtuanya.

Nyatanya untuk sebagian alasan dari anak punk bukanlah sekelompok anak yang terbuang ataupun broken home tetapi ada sebuah alasan kecil dari diri mereka masing-masing yang memilih jalan untuk menjadi anak pun.


Sepert yang saya katakan, saya berjurusan sosiologi yang sangat berekatan dengan beberapa penyakit masyarakat, salah satunya adalah masalah anak punk.

Anak punk menjadi salah satu keresahan masyarakat.  Anak punk memiliki sebuah pandangan jelek dari masyarakat dan ditakuti di jalanan.  Semua beranggapan bahwa mereka adalah anak yang tidak terurus dan anak yang jahat.  Untuk itu banyak para orang tua mengekang anaknya dirumah dan menasehati untuk tidak menjadi salah satu dari mereka yaitu kelompok anak punk.


Melihat sebuah pandangan masyarakat.  Saya memilih untuk berpikir lagi untuk memberikan pandangan mereka yang buruk karena sebuah pandangan yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.  Mereka sangat patuh pada orangtuanya.

Mungkin salah satu alasan mereka adalah ikut ikutan saja dan mendapatkan hasutan dari teman-teman sekelompoknya yang mungkin merasakan hal yang sama.  Jadi mereka merasa adanya persamaan senasib dan berakhir pada pembuatan kelompok yang selalu dijadikan label yang tidak baik bagi orang dan masyarakat umum.


Ini adalah sebuah tulisan ringan saya.  Saya memilih untuk menulis ini karena merasa pandangan masyarakat juga harus perlu penelitian lebih lanjut.  Bagaimana dapat berkomunikasi pada anak punk dengan baik .


Dengan itu,  perspektif masyarakat akan berubah walaupun sedikit dan sedikit pula yang ingin mengetahuinya lebih lanjut.
Tulisan saya ini benar-benar sangat ringan untuk dibaca.  Ini adalah sebuah tulisan singkat dari mahasiswa sosiologi yang mengklaim sesuatu penyakit masyarakat. Tidak lupa jangan terlalu buru-buru untuk langsung memberikan reaksi takut atau ketidaksukaan kita . 

Mereka adalah manusia yang mempunyai rasa kesal dan jika mereka sudah tidak punya penguasan diri,  mereka akan bersikap radikal dan tidak akan ada yang bisa menghalangi mereka.  Untuk itu bersikap pada penyakit masyarakat seperti ini sangat diperlukan.  Indonesia terkenal dengan keramahannya pada semua orang.

Jangan jadikan hal-hal ini diketahui oleh negara tetangga sebelah,  biarlah ini menjadi suatu obat bagi mereka untuk tidak membeda-bedakan saat kita melihat mereka dijalanan. Itu menyakitkan.  Sama halnya seperti manusia yang sedang panas hati dan tidak bisa mengekang jiwa mereka lagi.  Inilah sebuah cara yang Bagus untuk mereka merasa nyaman.  Karena dirumah kurang nyaman.  Maka lakukanlah kenyamanan untuk mereka dari cara kita bersikap.

Terimaksih telah membaca tulisan saya yang masih banyak kelemahan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun