Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga dan Freelance Writer

Emak-emak hobi menyebarkan kebaikan melalui tulisan. Penulis buku Customer Service Excellence (2025). More info: https://msha.ke/airanilistia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cerita Cinta Ibu untuk Anak Perempuan Berdaya

10 Maret 2025   18:57 Diperbarui: 11 Maret 2025   16:48 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan berdaya (Sumber: Pexels/Gustavo Fring)

Pada tanggal 8 Maret 2025 kemarin, kita merayakan Hari Perempuan Internasional. Hari yang sangat berarti bagi semua perempuan. Dalam laman resmi PBB, tahun ini International Women's Day mengusung tema, "For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment," yang memiliki arti, "Untuk SEMUA Perempuan dan Anak Perempuan: Hak. Kesetaraan. Pemberdayaan."

PBB menginginkan semua perempuan, termasuk anak perempuan mendapatkan haknya dan kesetaraan, serta menjadi seorang perempuan berdaya. Memberdayakan seluruh perempuan muda untuk melanjutkan perjuangan demi perubahan yang langgeng, sehingga tujuan utama dapat tercapai, yaitu terpenuhinya hak-hak perempuan dan kesetaraan bagi seluruh perempuan di dunia.

Lalu, apa hubungannya dengan Cerita Cinta Ibu? Ada yang berbeda dari cerita yang akan saya sampaikan. Salah satunya, berhubungan dengan hak perempuan.

Nasihat Ibu Mengubah Kehidupan

Cerita cinta ibu kali ini bukan kisah manis seperti drakor atau film romantis di TV. Cerita ini tentang ibu dan saya.

Ibu pernah bercerita tentang almarhumah nenek. Beliau menikah saat usianya sudah cukup matang, lebih dari 20 tahun. Nenek pernah merasakan bekerja. Padahal, pada era itu kebanyakan perempuan menikah pada usia yang terbilang sangat muda. Seandainya sekarang nenek masih hidup, usianya sudah lebih dari 90 tahun.

Selalu ada awal yang manis dalam hubungan asmara. Ibu sering bercerita tentang pertemuan tak sengaja dengan bapak. Sama seperti nenek, ibu juga seorang perempuan berkarier yang menikah di usia yang cukup matang, yaitu 30 tahun. Saat usia ibu 31 tahun, beliau baru melahirkan saya, anak pertama ibu dan bapak.

Saya tidak terlalu dekat dengan ibu, tetapi ada nasihat ibu yang saya ingat, "nikmati masa mudamu, nikmati hasil kerjamu dulu, baru pikirkan soal pernikahan." Ketika saya masih berkuliah dan dekat dengan seorang teman, ibu selalu menasihati untuk fokus belajar dahulu.

Ibu selalu berpikir pendidikan penting bagi anak-anaknya. Saya dan adik-adik sempat merasakan pendidikan hingga perguruan tinggi. Ibu mendorong kami untuk sekolah setinggi-tingginya, tidak membedakan anak perempuan atau laki-laki.

Bukan tanpa sebab, kehidupan yang membentuk pandangan itu pada ibu. Ibu pernah merasakan hidup sulit ketika tinggal bersama nenek. Saat saya masih kecil, bapak sempat terkena PHK, beberapa waktu berada di rumah sembari membantu ibu dalam urusan rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun