Mohon tunggu...
Muhammad Ainurrohman
Muhammad Ainurrohman Mohon Tunggu... Lainnya - Ahli Pratama PKIP

Kepalangmerahan | Kesehatan | Habbit | Kebencanaan | Islamic Habbit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mobilisasi Bonus Demografi

23 Maret 2023   11:35 Diperbarui: 23 Maret 2023   11:38 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seiring dengan terkendalinya angka pertumbuhan penduduk sejak periode 1971-1980 sebesar 2,32% menjadi 1,98% di periode 1980-1990 menyebabkan Indonesia akan merasakan bonus demografi yang akan memulai puncaknya pada tahun 2035. Menteri Perencanaan Pembangunn Nasional (PPN) Aramida S Alisjahbana pada harian hukum online (7/2) mengatakan Indonesia akan menjadi negara kelima dengan jumlah penduduk terbanyak didunia, peningkatan ini dibarengi dengan meningkatnya usia produktif (15 tahun-65 tahun) sebanyak 68,1% pada rentang tahun 2028-2031.

Bonus demografi ini dimaksudkan agar perolehan PDB akan meningkatkan mobilitas penduduk yang secara otomatis kesejahtraan nasional akan cepat diraih, padahal tidak gampang meraih suatu kesejahtraan hanya dengan mengandalkan tolak ukur PDB saja, padahal PDB yang besar akan meninggalkan dampak yang lebih besar lagi misalnya kerusakan alam yang disebabkan oleh eksploitasi SDA berlebihan oleh industri, degradasi sosial, kualitas hidup sehat yang menurun, dan dismobilisasi  akibat lingkungan yang tidak memadai. Pemerintah tidak menengok pada faktor lain dalam mempersiapkan tantangan demografi yaitu kebahagiaan, lantas apa manfaatnya jika kita memperoleh banyak kekayaan jika kita tidak bisa menikmati dan membuat kita bahagia. Kebahagian di dunia internasional sudah diakui yaitu dengan puncaknya diakuinya Gross National Happiness (GNH) dalam pembahasan ekonomi dunia pada juni 2011 oleh Majelis Umum PBB.

Konsep GNH ini pertama kali diperkenalkan oleh Raja Bhutan Jigme Singnye Wangchuck yang meliputi 9 bidang ukur, antara lain kebahagiaan psikologis (psycological wellbeing), pemanfaatan waktu (time use), kekuatan komunitas (community vitality), keragaman budaya (cultural diversity), ketahanan ekologi (ecological resilience), taraf hidup (living standart), kesehatan (health), pendidikan (education), tata pemerintahan yang baik (good gvernance).

GNH bukan tanpa celah, yang paling menjadi sorotan adalah sulitnya menerjemahkan prestasi kebahagiaan dalam bentuk angka hal ini yang akan menyulitkan memperkirakan mobilitas penduduk di Indonesia. Tidak seperti PDB yang tinggal menghitung total produksi barang dan jasa yang nyata dan terlihat dalam suatu negara, GNH harus mengukur suatu kebahagiaan yamg sifatnya personal. Namun hal ini yang akan menjadi generator kesejahtraan nasional yang tak lekas rusak bilamana diperhatikan dengan baik.

Nah sekarang pertanyaanya adalah bagaimana cara paling efisien untuk meningkatkan GNH dan GDP sekaligus? Mengapa GNH dan GDP menjadi mobilisator suatu bangsa atau negara?. Jika menginginkan GNH dan GDP terpenuhi maka sembilan aspek diatas harus dibenahi sejak awal ditambah dengan satu aspek yaitu pendapatan perkapita.

Kebahagiaan Psikologis

Mental atau psikis mempunyai dampak yang luar biasa agar sumber daya manusia mempunyai motifasi lebih dalam menghadapi tantangan bonus demografi, tentunya aspek kebahagiaan psikologis ini dimiliki oleh segenap masyarakat dan tentunya presiden dan wakil presiden, pakar Psikolog Klinis dan Forensik A.Kasandra Putranto menjelaskan, sejumlah aspek dalam psikologi seperti intelektualitas, stabilitas emosi, karakter, sikap dan kepribadian, termasuk di dalamnya kompetensi harus dimiliki presiden dan wakilnya mendatang. Dengan mental yang sehat niscaya tantangan demografi akan dapat terselesaikan dalam menghadapi bonus demografi.

Pemanfaatan Waktu 

Time use atau pemanfaatan waktu dengan baik bisa menjadi modal penting dalam memperoleh dan memastikan bonus demografi akan berjalan dengan maksimal sehingga diperoleh kesejahtraan dalam waktu dan pendanaan yang efisien tidak belibet, ada beberapa cara agar pemanfaatan waktu untuk menghadapi tantangan demografi yaitu dengan menjadikan Masyarakat Indonesia yang lebih terdidik berarti efisiensi serta produktivitas dan kapasitas yang lebih hebat. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk mengembangkan inovasi dan memajukan teknologi, terutama di sektor industri dan jasa. Jika dengan begini bukan tidak mungkin Indonesiaa akan memaksimalkan tantangam dan mobilisasi bonus demografi.

Kekuatan Komunitas

Komunitas adalah adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas dalam mengatasi tantangan demografi dan keberadaan kita sebagai masyarakat yang madani dapat dirasakan dan di akui, seperti yang baru-baru ini terjadi yaitu nahdlatul ulama yang sebagai salah basis islam di Indonesia memberikan balasan terhadap pernyataan Tony Abott perdana menteri Australia yang mengesankan seolah-olah warga Muslim Australia belum siap menjadi bagian masyarakat Australia, balasan tersebut berupa rekomendasi lainnya termasuk seruan pada pemerintah Australia untuk terus menghormati hak, kewajiban dan kebebasan beragama sebagaimana dilindungi oleh Konstitusi Australia. Dari contoh diatas jadi masyarakat sangat diharapkan untuk membuat komunitas sendiri sesuai minat dan kebuuhan mereka untuk menghadapi tantangan mobilisasi dan bonus demografi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun