Mohon tunggu...
Ainul Dwi085
Ainul Dwi085 Mohon Tunggu... Mahasiswa - penulis ainul

sekadarinfosaatini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adat Kebudayaan Petani Desa Kendal Sewu di Masa Pandemi: Sedekah Bumi

15 Juni 2021   21:00 Diperbarui: 15 Juni 2021   22:52 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu sisi dari kebudayaan Jawa adalah dunia tani (pertanian). Dari dunia kebudayaan tani Jawa terdapat nilai-nilai yang berkaitan dengan ekologi. Nilai-nilai ekologi itu dimunculkan di dalam tatacara dan adat yang telah diwariskan oleh leluhur. Dipandang dari segi positif nilai-nilai ekologi Jawa yang berada di kalangan budaya tani Jawa banyak yang menjadikan suatu lelucon. Akan tetapi, kalau dilihat dari spirit yang ditularkan, adat dan tatacara yang membungkus nilai-nilai ekologi Jawa itu perlu dipertimbangkan untuk pada saat ini. Secara ekologis sawah yang subur, luas, dan indah beserta seluruh sistem budaya yang melingkupinya di tanah Jawa mulai berkurang dan tidak menarik hati (jika dipandang). Berkurang luasnya lahan persawahan ini karena adanya konversi untuk penggunaan nonpertanian yang meningkat tajam di Pulau Jawa.

Hal itu tak luput dari pandangan ilmuwan untuk mengolah lebih dalam lagi. Salah satunya ilmuwan dari penduduk pribumi sendiri. Ada beberapa budaya yang diterapkan pada setiap daerah yang memang lebih mengutamakan tentang kebudayaan adat daerah. Contohnya, sedekah bumi dimana suatu daerah tersebut memberikan bentuk syukur terhadap atas hasil panen yang berlimpah.

Masyarakat di Jawa khususnya Desa Kendal Sewu, sejak dulu kala memang masyarakat yang banyak menarik perhatian para ilmuwan untuk dikaji secara mendalam. Dari mulai religi, tatanan perekonomian masyarakatnya, hingga struktur sosial lainnya. Tak terkecuali tentu saja kajian tentang kehidupan berbudaya petani jawa yang menjadi basis komunitas masyarakat jawa pada perkembangan.

Berbicara tentang petani di pedesaan Jawa maka sama saja berbicara mengenai adat yang sudah menetap di wilayah tersebut. Adat yang sudah menjadi bawaan khas daerah tidak bisa di ubah. Oleh karena itu, adat yang sudah menjadi bawaan dari nenek moyang pedesaan Jawa yaitu salah satunya Adat Budaya Sedekah Bumi.

Sedekah Bumi adalah acara tradisi turun-temurun yang sudah dilaksanakan oleh warga masyarakat di Pedesaan Jawa, terutama di Desa Kendal Sewu . Sedekah Bumi merupakan bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas semua karunianya yang diberikan kepada warga. Salah satu Sesepuh Desa, Mbah Lapin, mengatakan bahwa sedekah bumi adalah simbol penghormatan dan penghargaan masyarakat kepada alam sebagai karunia yang besar. “Tanah yang kita pijak setiap hari, kita buang kotoran di situ, kita tanam dan segala sesuatu yang kita lakukan maka kita perlu merawatnya dengan cara memberikan sedekah terhadap bumi kita ini”, paparnya.

Dalam prosesi Upacara Sedekah Bumi ini ada beberapa tahap untuk dilakukan yang menjadi syarat acara tersebut, yaitu :  (a) tahap persiapan dan (b) tahap pelaksanaan upacara Sedekah Bumi. Pada taha persiapa, warga diharapkan untuk membentuk susunan kepanitiaan dan pencarina dana. warga desa akan melaksanakan tanam padi (tanem); Adapun Ubarampe upacara Sedekah Bumi yaitu: (1) nasi tumpeng / gunungan (sekarang nasi tumpeng sudah digantikan dengan nasi biasa, tidak berbentuk gunungan), (2) nasi kuning (sudah diganti dengan nasi putih dikarenakan masyarakat Jawa mencari kepraktisannya), (3) bubur merah putih, dan (4) sesaji yaitu kembang telon yang terdiri dari bunga minimal tiga rupa (mawar, kenanga, kantil/melati). Prosesi akhir upacara Sedekah Bumi adalah pemimpin upacara Sedekah Bumi bersama pemimpin do’a dan memberi sesaji berupa bunga (kembang telon), bubur merah putih diletakkan di sekitar sawah/didekat pohon asam biasanya terletak di sekitar sawah.

Pelaksanaan Sedekah Bumi biasanya diadakan pada bulan Dzulqo’dah mengikuti kalender Jawa atau Hijriyah. Acara Sedekah Bumi biasanya diadakan hanya setahun sekali sehingga disebut Tradisi Tahunan. Pelaksanaan Acara Sedekah Bumi ini diikuti oleh seluruh masyarakat seperti perangakat desa, para Ketua Rukun Tetangga(RT), Ketua Rukun Warga (RW), tokoh masyarakat, tokoh agama dan perempuan dan masyarakat desa. Untuk menjalankan kegiatan tersebut dibutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa berjalan dengan lancer. Para perangkat Desa juga melakukan musyawarah yang harus dihadiri oleh beberapa masyarakat.untuk mencapai tujuan. Namun, adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020-2021 adat tersebut tidak ada lagi.

Masa pandemi ini pemerintah memperketat kebijakan agar tidak beraktifitas di luar rumah serta juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter, mencuci tangan,dan mencegah terjadinya kerumunan. Tentu dengan adanya virus corona semua kegiatan yang ada di masyarakat terkena efeknya dari ibadah, pendidikan, transportasi hingga ekonomi. Salah satunya berdampak pada kebudayaan adat petani.

Hal inilah yang menyebabkan menurunnya budaya adat para petani tidak ingin menjalankan kegiatan sedekah bumi. Namun, masyarakat tetap nekad untuk mengadakan kegiatan adat tersebut dengan mandiri atau tanpa berkerumun. Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh banyak orang dan juga bertempatan di setiap Balai Desa yang mengadakan. Namun , adanya Pandemi Covid-19 ini meski hanya dihadiri sedikit orang, makna dan nilai-nilai warisan leluhur tidak berkurang sama sekali. Sedekah bumi menjadi adat budaya yang sangat berharga yang sangat perlu untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Untuk meramaikan acara Sedekah bumi, di balai desa biasanya diadakan ritual dan pertunjukan wayang kulit tetapi di kala pandemic ini hanya dilakukan kegiatan Ritual doa bersama. Namun demikian pelaksanaan kali ini tetap berjalan dengan hidmat dan sakral.

Disamping itu juga banyak masyarakat yang ikut serta khususnya bagi pemuda pemudi sebagai generasi penerus. Peran orangtua juga sangat penting untuk memberikan pelajaran mengenai kebudayaan yang ada di daerah Jawa terhadap anak-anaknya. Masyarakat sangat mempercayai bahwa setelah mengadakan acara Adat Sedekah Bumi tersebut mebuat kehidupan mereka mengalami perubahan menuju kebaikan. Tanaman warga jarang sekali tumbuh dengan baik. Namun, atas usulan dari para leluhur Orang Jawa, Mulailah dilaksanakan upacara Sedekah Bumi.

Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara Sedekah Bumi yang dapat diambil terdiri atas tiga nilai, yaitu: (a) nilai pendidikan ketuhanan, (b) nilai pendidikan sosial atau kemasyarakatan, (c) nilai pendidikan moral. Pengaruh upacara Sedekah Bumi terhadap masyarakat terdapat dua sifat, yaitu (a) sifat positif dan (b) sifat negatif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun