Mohon tunggu...
Aini Dhuha Hidayah
Aini Dhuha Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Seorang mahasiswi Prodi Sastra Indonesia Fakultas Sastra yang hobi membaca, menulis, menonton, dan menyukai hal-hal yang bergenre romen dan melo.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pemberian Sanksi yang Mendidik bagi Anak

4 Mei 2023   10:07 Diperbarui: 6 Mei 2023   17:42 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pemberian Sanksi Yang Mendidik Bagi Anak

Karya: Aini Dhuha Hidayah

Setiap orang tua, guru, tenaga pendidik, atau apapun itu sebutannya tentu harus menyayangi setiap anak yang dipercayakan. Sebab anak adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi dengan segenap hati. Namun, tak jarang anak kerap melakukan kesalahan. Dan pada saat itulah, kita sebagai orang tua, guru, atau tenaga pendidik wajib bertindak tegas terhadap anak. 

Bersikap tegas pada anak bukanlah suatu kesalahan, yang salah adalah ketika kita sebagai orang tua, guru, atau tenaga pendidik membiarkan anak tenggelam dalam kesalahan. Bersikap tegas merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat, dengan tetap menghargai perasaan dan privasi sang anak.

Disadari atau tidak, cara pemberian sanksi yang salah pada anak dapat berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya. Melansir dari berbagai sumber dan dari sudut pandang serta pengalaman pribadi saya sebagai penulis, tidak semua sanksi dapat mengubah dan mempebaiki perilaku anak. 

Mungkin saat setelah dihukum anak akan terlihat patuh dan jera, tapi sebenarnya bisa saja ia hanya takut. Sedangkan sanksi diberikan dengan tujuan agar anak dapat belajar dari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik. 

Banyak orang tua, guru, atau tenaga pendidik yang memberikan sanksi tanpa memperhatikan efek yang ditimbulkan setelahnya. Seperti misalnya memberi sanksi dengan cara menuruh anak berdiri berjam-jam tanpa melakukan apapun dan menegurnya di muka umum dengan alasan jika anak merasa malu sudah pasti dia akan jera. Padahal yang sebenarnya terjadi bukanlah demikian. 

Menurut saya, justru hal itu dapat membunuh karakter dan kepercayaan diri si anak, bahkan yang lebih parahnya lagi, jika si anak terjatuh saat distrap, malah akhirnya timbul kasus kekerasan pada anak. Psikolog anak pun tidak menganjurkan untuk memberikan sanksi seperti itu, mengingat hukuman fisik akan berlanjut pada kekerasan fisik dan berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan psikisnya. 

Lagi pula kekerasan bukanlah solusi terbaik. Sebab meski hanya sesekali dipukul, tetap saja dapat membuat anak cenderung mudah stress dan tidak percaya diri. Memberikan hukuman fisik mungkin dirasa cukup efektif karena anak menghentikan kenakalannya, tapi cara tersebut justru dapat menimbulkan masalah yang lebih besar, misalnya ketika sedang marah pada seseorang, anak akan berpikir bahwa ia diperbolehkan untuk memukul.

Menurut saya, penggunaan kata "hukuman" juga sebenarnya agak kurang tepat, karena hukuman memiliki konotasi negative. Untuk itu, kita dapat menggunakan kata "sanksi", karena kata tersebut agak lebih enak didengar dan memiliki konotasi positif.

Tidak semua cara menghukum anak dapat diterapkan disegala usia. Oleh sebab  itu, pemberian sanksi pada anak juga harus sesuai dengan usia dan kesalahan yang diperbuatnya. Karena berbeda usia, berbeda cara dalam pemberian sanksi, berbeda pula efektivitas serta dampaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun