Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tulah, Ikan yang Jatuh Cinta pada Tuan Puteri

25 Februari 2021   13:13 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:36 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kisah ikan yang jatuh cinta pada Tuan Puteri sangat terkenal di desa pesisir. Ikan itu adalah milik seorang putri raja. Wujudnya sangat rupawan dengan corak warna yang indah. Tuan Puteri merawat ikan tersebut dengan penuh kasih, membuat Si Ikan akhirnya jatuh cinta kepadanya.”

Qiana dan Ciara mengangguk-angguk.

“Suatu hari, Si Ikan ingin menyatakan perasaan pada Tuan Puteri, sehingga ia meminta bantuan Peri Air untuk mengubah penampilannya menjadi manusia. Tapi setelah ikan itu berubah menjadi manusia, dia tetap tidak dapat mengungkapkan perasaannya karena Tuan Puteri sudah memiliki kekasih dan akan menikah. Si ikan pun marah dan berencana untuk mengacaukan pernikahan Tuan Puteri.”

“Waduh! Kenapa ikannya jadi jahat, Pa! Padahal kan dia udah dirawat oleh Tuan Puteri.” Ciara memukul kasurnya yang empuk.

“Akibat dari patah hati ini mah!” timpal Qiana meraih bantal dan memeluknya. “Kelanjutan ceritanya gimana, Pa?”

“Manusia ikan berhasil mengacaukan pernikahan Tuan Puteri. Pernikahan itu gagal dilaksanakan. Tuan Puteri pun bersedih. Mendengar berita ini, Peri Air murka terhadap manusia ikan. Dia lalu mengubah wujud manusia ikan menjadi ikan yang buruk rupa. Dan konon katanya, kemarahan yang masih tersimpan dalam diri Si Ikan membuat rasa dagingnya tidak enak, sehingga tidak ada orang yang mau memakannya. Warga desa menamai ikan itu sebagai ‘Ikan Tulah’, artinya ikan yang terkena kutukan karena kesalahannya sendiri. Tetapi, tidak semua penduduk desa percaya dengan mitos tersebut. Mereka justru penasaran dengan rasa daging ikan Tulah dan mencoba memakannya.”

“Jadi ... rasanya enak tidak, Pa?”

“Pasti enak! Karena itu muncul mitos dagingnya nggak enak supaya keberadaan ikan Tulah tetap terjaga.” Qiana berpendapat penuh keyakinan.

Pak Rio mengangguk. “Tidak ada yang aneh dengan rasa dagingnya, sama enaknya seperti ikan lainnya.”

“Tuh, kan!” Qiana menjentikkan jari dan tersenyum bangga.

“Tapi warga desa yang memakan ikan Tulah meninggal dunia tidak lama setelah itu. Hanya dalam hitungan jam.” Penjelasan Pak Rio membuat Qiana dan Ciara bergidik ngeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun