Mohon tunggu...
Sisilia DwiPuspita
Sisilia DwiPuspita Mohon Tunggu... Lainnya - Writing is the painting of the voice. -Anonim

Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengisi Gelas Kosong

2 Januari 2017   14:06 Diperbarui: 2 Januari 2017   14:21 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang pemimpin..
Ada banyak sekali buku-buku dan teori-teori yang membasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Namun, kali ini saya sepakat dengan pernyataan Pak Erie Sudewo, Founder of Character Building Indonesia dalam suatu kesempatan di Bandung April 2016 lalu, bahwa pemimpin adalah mereka-mereka yang siap menderita, yang pandai merasa-bukan merasa pandai, yang memilih karakter dan akhlak sebagai strategi sempurna, yang memberi pengaruh lewat inspirasi- bukan paksaan, yang setelah pensiun dari jabatan akan tetap berpengaruh-bukan post power syndrome, yang meyakini untuk mengubah orang lain haruslah mengubah diri sendiri terlebih dahulu, yang bersama-sama mendaki hingga ke puncak- bukan sang pelari yang ingin sampai duluan ke garis finish.

Berbicara tentang pemimpin..
Sebelum memimpin orang lain, penting sekali untuk seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin dan menguasai dirinya sendiri terlebih dahulu. Karena, memimpin peperangan yang paling dahsyat bukanlah memimpin peperangan melawan musuh namun melawan hawa nafsu. Artinya, peperangan yang paling besar adalah peperangan melawan diri sendiri, memimpin diri sendiri atau namanya self leadership. Melawan diri untuk keluar dari zona nyamannya, melawan diri untuk menekan egoisme individu, melawan diri untuk tidak bertindak sewenang-wenang. Self leadership ini amat penting sebagaimana sabda Rasulullah SAW, setiap dari kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya. Sehingga, pemimpin yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri.

Jika kita tidak mampu memimpin diri sendiri, maka kita juga tidak akan mampu memimpin orang lain dengan efektif. Karena, dalam gilirannya memimpin orang lain berarti mengembangkan kemampuan dan proses untuk mengalami tingkat pengenalan diri yang lebih tinggi, menekan ego, yang memungkinkan seseorang untuk mampu mengelola hubungan dengan orang lain, peristiwa, gagasan sehingga memahami esensi dari leadership itu sendiri.

Berbicara tentang memimpin,
Selain memimpin diri sendiri, setelah bergabung dalam barisan penebar manfaat di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri diri ini juga diberi kesempatan untuk memimpin dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi ini. Salah satunya adalah kegiatan Latihan Dasar Organisasi (LDO) BEM KM FKM. Sebagai penanggungjawab kegiatan LDO BEM KM FKM saya bertanggungjawab terhadap suksesnya kegiatan dan tercapainya tujuan dari latihan dasar organisasi itu sendiri. Kegiatan yang dilaksanakan bertujuan untuk menanamkan “ruh” nya badan eksekutif mahasiswa pada seluruh calon anggota, jangan sampai ada raga yang tak punya “ruh” nya.

Sebagai penanggungjawab saya belajar menyiapkan gelas kosong layaknya pesan Bob Sadino dalam hal belajar, menyiapkan gelas kosong untuk belajar lebih banyak. Mengisi gelasnya dengan lebih banyak mendengar, agar gelas ini terisi sedikit-demi sedikit sehingga bisa pula mengisi dan berbagi dengan yang lainnya. Sebagai penanggungjawab saya pun belajar banyak, mulai dari pembentukan panitia yang harus memperhatikan potensi masing-masing pengurus, saling mengelaborasikan ide-ide luar biasa hingga saling berkoordinasi dan mengejawantahkan ide-ide yang ada dalam satu bentuk konsepan acara dan tindakan di lapangan. 

Tidak hanya berhenti disana, sebagai seorang penanggungjawab kegiatan saya juga belajar mengisi gelas yang kosong ini tentang bagaimana seorang pemimpin juga dituntut untuk paham pada kondisi di lapangan, tidak hanya mampu dalam retorika gagasan. Terkadang ada hal-hal yang tidak sejalan antara pelaksanaanya dengan konsepan kegiatan yang sudah rancang. Maka, pemimpin harus hadir bersama-sama dengan tim menjadi problem solver dan mengambil keputusan yang tepat dalam waktu yang singkat. 

Sebagai penanggungjawab kegiatan saya juga belajar bukan hanya fokus mencapai targetan dan tujuan lalu mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan dasar pada tim. Saya belajar bagaimana caranya memenangkan hati tim, membangunkan tim dan menyemangati bagian-bagian yang semangatnya sudah mulai kendur, tentu dengan cara dan gaya kepemimpinan saya sendiri. 

Karena saya meyakini bahwa setiap pemimpin ada masanya dan setiap pemimpin memiliki gaya dan polanya sendiri-sendiri dalam memimpin. Dalam memberikan pengarahan pada tim pun dilakukan dengan sepenuh hati, karena saya pun meyakini bahwa apa-apa yang disampaikan dari hati akan menyentuh hati pula. Disinilah saya belajar bahwa untuk mencapai targetan dan tujuan kita perlu memenangkan hati tim, mengajak tim menjadikan visi dan tujuan kegiatan menjadi visi bersama buka hanya visi saya sebagai penanggungjawab. Sehingga kesuksesan yang diraih dalam kegiatan dirasakan oleh seluruh bagian tim sebagai kesuksesan tim, bukan one-man show.

Dalam memimpin sebuah tim saya juga belajar bahwa memimpin tim layaknya menahkodai sebuah kapal. Kitalah yang akan menjadi komando kemana arah kapal akan dibawa dengan memperhatikan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tim. Kita tidak bisa memaksakan kehendak diri kita sendiri. Sebagai seorang komando dalam hal ini adalah penanggungjawab kegiatan saya juga belajar untuk menjadi teladan bagi tim. Saya menyadari bagaimana rekan-rekan dalam tim mau tepat waktu dalam rapat-rapat dan agenda yang dilaksanan jika saya sendiri tidak tepat waktu. Disinilah saya belajar bahwa seorang pemimpin harus belajar untuk menjadi teladan bagi timnya.

Yang tak kalah penting sebagai seorang pemimpin, dimanapun dan kapanpun kita harus banyak belajar dan terus belajar. Menyediakan gelas kosong untuk terus-menerus diisi, mengupgrade diri untuk menjadi versi terbaik agar menjadi sebaik-baiknya pemimpin. Beasiswa Aktivis Nusantara sebagai beasiswa yang memberikan manfaat pengembangan diri bagi penerimanya, memberikan kesempatan untuk itu, kesempatan mengupgrade diri para penerima manfaatnya mengenai nilai-nilai kepemimpinan, karakter sehingga dapat menjadi pemimpin yang bertanggungjawab, berkarakter, prestatif dan kontributif. 

Kesempatan itu masih terbuka untuk seluruh aktivis kampus yang ingin terus mengupgrade diri, belajar lebih banyak, berbagi lebih banyak melalui dibukanya pendaftaran Beasiswa Aktivis Nusantara 2017 “We are Leaders” . Informasi mengenai pendaftaran, timeline seleksi, kriteria yang dicari hingga tulisan-tulisan Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara mengenai permasalahan Indonesia, kegiatan-kegiatan sosial dan tulisan yang menginspirasi lainnya tertera pada website penuh manfaat di www.beastudiindonesia.net .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun