Saya lantas menelisik buku itu hingga halaman terakhir. Sari-sarinya saya dapatkan dalam empat hari. Menguasai buku ini semakin menambah sukacita saya. Tidak selesai di sini. Nafas buku ini telah menginspirasi saya dalam menghasilkan beberapa tulisan pendek berupa artikel-artikel opini. Dimuat pada beberapa media online dan harian lokal di Kupang. Menulis dan mempublikasikan melalui media massa konvensional dan media online melipatgandakan kebahagiaan saya.
Sejak pandemi Covid-19 merebak ke seluruh dunia, bahkan mengubah irama hidup di kampung saya di pelosok Kupang, saya melarutkan diri dalam rutinitas membaca dan menulis. Kedua aktivitas ini mengejawantahkan minat, potensi saya dan kewajiban moral untuk berkreasi bagi orang lain. Lewat membaca dan menulis, saya menyantuni orang lain dengan informasi inspiratif. Pada saatnya mereka juga akan mendapatkan estafet kebahagiaan karena membaca itu membahagiakan.
Saya mendapatkan kebahagiaan dengan memberi diri dan berbagi gagasan melalui kegiatan tulis-menulis. Sesederhana itu untuk berbahagia. Tidak ada jurus khusus. Tidak ada ramuan istimewa. Benar apa yang ditunjukkan JNE Cabang Utama Kupang ketika turut berbagi kebahagiaan dengan warga korban letusan gunung Ile Lewotolok dengan menyediakan pelayanan pengiriman bantuan gratis Kupang-Lembata pada 30 November-05 Desember 2020. Membantu itu membahagiakan karena berbagi. Dengan memberi, saya menerima kebahagiaan.
Membaca itu membahagiakan. Menulis juga membahagiakan. Menulis memberi, berbagi, dan menginspirasi. Maka, terus berkreasi lewat membaca dan menulis, saya tak akan kekurangan kebahagiaan meskipun Covid-19 selalu siap merundung hidup saya. Toh saya dapat tetap berkreasi dan menginspirasi orang lain dari bilik kamar pribadi saya. Covid-19 boleh memblokade nadi-nadi kehidupan sosial, tetapi ia tidak dapat menghentikan saya dalam membaca dan menulis.