Mohon tunggu...
AILA Indonesia
AILA Indonesia Mohon Tunggu... -

Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia adalah aliansi antar lembaga yang peduli pada upaya pengokohan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dr. Bagus Riyono: Klaim Para Peneliti Pro-Homoseksualitas Sudah Banyak Terbantahkan

15 November 2016   16:34 Diperbarui: 15 November 2016   16:40 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menurut Dr. Bagus Riyono, klaim para peneliti pro-homoseksualitas sebenarnya lemah.

Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia menyelenggarakan Seminar Kebangsaan “Reformulasi KUHP Delik Kesusilaan dalam Bingkai Nilai-nilai Keindonesiaan”, Jakarta (26/09), untuk membahas sejumlah masalah yang menghantui ketahanan keluarga Indonesia. Dalam salah satu sesi, Dr. Bagus Riyono memaparkan tentang bahaya politisasi terhadap ilmu psikologi yang dilakukan oleh kelompok pro-homoseksualitas.

Bagus menyebut sebuah organisasi bernama American Psychiatric Association yang dikenal sebagai ‘little APA’ yang secara arogan mengirimkan surat teguran kepada Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI). Teguran tersebut disampaikan setelah media massa ramai memberitakan seorang psikiater Indonesia yang mengatakan bahwa homoseksualitas dapat disembuhkan.

“Sebenarnya, banyak bukti yang menunjukkan bahwa homoseksualitas itu memang dapat disembuhkan. Spitzer, pada tahun 2003, melaporkan hasil eksperimen yang menunjukkan bahwa 200 orang penderita homoseksual telah berhasil dikembalikan menjadi heteroseksual,” ungkap Bagus.

Klaim bahwa homoseksualitas itu bawaan lahir, menurut Bagus, juga telah banyak dibantah. “Dr. Joseph Davis pada tahun 2015 telah menyampaikan bahwa dia menemukan 26 jurnal ilmiah yang menunjukkan data bahwa homoseksualitas disebabkan oleh banyak faktor, terutama oleh faktor sosial seperti pola asuh dan pergaulan,” ungkap Bagus lagi.

“Dr. Joseph Davis juga menyatakan bahwa klaim tentang adanya gen homoseksual tidak valid karena penelitian terhadap kembar identik menunjukkan bahwa tidak ada kepastian jika salah satunya homoseks lantas saudara kembarnya juga homoseks. Ada juga penelitian terhadap otak penderita homoseks yang diklaim berbeda dengan otak mereka yang sehat. Hanya saja, para penderita homoseks itu juga terjangkit HIV. Karena itu, kita tidak bisa memastikan apakah kondisi otak yang berbeda itu adalah bawaan akibat ‘gen homoseksual’ atau karena virus HIV yang merusak otak,” tandas Bagus.

Di akhir presentasinya, Bagus mengingatkan bahwa politisasi ilmu psikologi ini perlu diwaspadai oleh para ilmuwan, terutama ilmuwan psikologi di Indonesia, karena mereka mempunyai tanggung jawab ilmiah kepada masyarakat. “Di samping itu, gerakan pendukung homoseksualitas ini telah menjadi ancaman bagi bangsa dan negara, baik dalam hal kesehatan, kemasyarakatan, moralitas, maupun pertahanan dan keamanan negara,” pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun