3. Memperkuat Kecintaan (Mahabbah) kepada Rasulullah
Perayaan ini secara spiritual bertujuan untuk mempertebal cinta umat kepada Nabi Muhammad SAW.
Filosofi: Cinta kepada Nabi adalah bagian dari iman. Dengan mengenang sejarah perjuangan, silsilah, dan sifat-sifat beliau, kecintaan itu akan tumbuh, dan kecintaan kepada beliau secara hakiki adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Salah satu wujud nyatanya adalah dengan memperbanyak shalawat kepada beliau.
4. Semangat Persatuan dan Kepedulian Sosial
Maulid sering dirayakan secara kolektif, menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan.
Filosofi: Semangat berkumpul dalam majelis ilmu, dzikir, dan shalawat dapat mempersatukan hati umat Islam. Selain itu, kegiatan sosial seperti berbagi makanan (jamuan/sedekah) kepada fakir miskin yang sering menyertai perayaan Maulid, mengajarkan nilai kedermawanan, kemurahan hati, dan kepedulian sosial, yang merupakan bagian penting dari ajaran Nabi.
Makna Substantif Peringatan
Secara substansi, perayaan Maulid Nabi memiliki beberapa makna praktis:
Momen Refleksi Perjuangan: Mengingat kembali bagaimana Nabi Muhammad SAW berjuang tanpa henti untuk menyampaikan dakwah Islam di tengah tantangan yang luar biasa, sehingga memotivasi umat untuk melanjutkan perjuangan beliau dalam konteks masa kini, yaitu menjaga dan mengamalkan ajaran Islam.
Syiar Islam: Menjadikan perayaan Maulid sebagai bentuk syiar (penyebaran/penampakan) kebesaran Islam, yang mengingatkan masyarakat luas akan figur penting dalam sejarah kemanusiaan dan nilai-nilai universal yang beliau bawa.
Peningkatan Iman dan Takwa: Dengan mengkaji kembali sirah (perjalanan hidup) Nabi, umat diingatkan akan kebesaran Allah SWT dan pentingnya menjalankan perintah-Nya, sehingga dapat memperkuat keimanan dan ketakwaan.