Peringatan Maulid Nabi, yang merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal, bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi mengandung filosofi yang mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia.
Filosofi Utama Maulid Nabi Muhammad SAW
Filosofi utama di balik perayaan Maulid Nabi berakar pada gagasan untuk merefleksikan dan menghidupkan kembali esensi risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
1. Rasa Syukur dan Penghormatan (Refleksi Rahmat)
Maulid adalah momen untuk mengekspresikan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT atas anugerah terbesar, yaitu diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai "Rahmat bagi seluruh alam" (RahmatanlilÂ
′
 Alamin).
Filosofi: Kelahiran Nabi adalah titik balik peradaban, yang membawa cahaya petunjuk (Islam) dari kegelapan kebodohan (Jahiliyah). Kegembiraan merayakan kelahiran beliau adalah cerminan rasa cinta dan penghormatan terhadap Sang Pembawa Risalah.
2. Menghidupkan Kembali Akhlak dan Keteladanan
Inti dari Maulid adalah meneladani dan mempraktikkan sifat-sifat mulia (AkhlaqulKarimah) Nabi Muhammad SAW.
Filosofi: Nabi Muhammad adalah "Uswatun Hasanah" (teladan yang baik). Peringatan ini menjadi pengingat untuk terus berupaya menginternalisasi sifat-sifat luhur beliau, seperti kejujuran (Siddiq), amanah (Amanah), menyampaikan kebenaran (Tabligh), dan kecerdasan (Fathanah), dalam kehidupan sehari-hari. Ia adalah momentum untuk berinstrospeksi sejauh mana kita telah mengikuti jejak langkah beliau.