Mohon tunggu...
Aidil Faalih lubis
Aidil Faalih lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa Agroteknologi Universitas Sumatera Utara

Tertarik dalam Isu Pajak, Ekonomi, Digital, Pertanian dan perkembangan Politik Negara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AR-CHAIN: Sebagai Inovasi Pembelajaran Berbasis Augmented Reality Terintegrasi Blockchain Sebagai Solusi Krisis Kognitif Siswa

27 September 2025   13:54 Diperbarui: 27 September 2025   18:29 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia" itulah kalimat yang dikatakan Nelson Mandela. Kualitas Pendidikan pada suatu bangsa menjadi salah satu penentu kemajuan bangsa tersebut. Tetapi nyatanya, isu permasalahan kualitas Pendidikan yang rendah di Indonesia masih tetap menjadi pembahasaan. Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem pendidikan di dunia tahun 2018 yang dikeluarkan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) pada tahun 2019 lalu, Indonesia berada di posisi yang rendah, yaitu ke 74 dari 79 negara yang ada dalam pengamatan tersebut. Ini menandakan Indonesia berada di posisi keenam terendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya (Suncaka, 2023). 

Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dan sulitnya mencapai pendidikan bermutu ialah sarana dan prasarana pembelajaran yang masih terbatas, seperti peralatan belajar, ruangan yang layak, alat peraga, bahan praktikum, dan media pembelajaran yang memadai. Dengan kondisi keterbatasan ini siswa akan kesulitan dalam menginternalisasi konsep-konsep abstrak pembelajaran karena kurangnya alat peraga dan bahan praktikum yang dapat memvisualisasikan materi pembelajaran secara jelas dan nyata, sehingga siswa hanya mengandalkan penjelasan secara verbal dan tulisan yang dianggap kurang efektif serta kurang menarik bagi siswa. Seringkali pembelajaran yang bersifat verbal dengan tulisan bersifat monoton yang tidak variaif mengakibatkan siswa menjadi bosan yang berujung pada kehilangan fokus dalam pembelajaran, tidak tertarik dan sulit mencapai tujuan pembelajaran. Kondisi ini juga yang membuat proses pembelajaran menjadi tidak menarik dan jenuh, karena hanya menerima informasi secara pasif tanpa adanya stimulasi visual atau praktik langsung secara nyata (Susanti et al., 2024). Sehingga siswa mengalami kondisi kesulitan belajar yang merupakan kondisi ketika seorang siswa mengalami hambatan dalam mencapai kompetensi akademik yang seharusnya dapat dicapai sesuai dengan tingkat usianya. Kesulitan dalam pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan akademik saja, tetapi hal ini berkaitan erat dengan sikap emosional, motivasi, maupun kondisi sosial dan keluarga siswa (Rosita et al., 2023). 

Akibat dari permasalahan yang dibiarkan tanpa penanganan lebih lanjut ini akan menyebabkan tingkat kosentrasi dan motivasi belajar siswa menurun, yang berujung pada interaksi antara guru dan siswa menjadi minim atau bahkan tidak ada sama sekali interaksi, akibat dari pembelajaran yang berlangsung selalu satu arah. Hal ini tentunya berpengaruh secara signifikan ke perkembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa yang dimana keterampilan ini sendiri merupakan kemampuan mengolah dan mengevaluasi informasi secara objektif, serta mencapai keputusan yang tepat dan efektif. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dan penting dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam dunia kerja nantinya. Siswa yang memiliki keterampilan ini cenderung mampu memahami dan memecahkan suatu permasalahan serta mampu mengerjakan tes ulangan dengan baik, tetapi sebaliknya bagi siswa yang tidak atau buruk dalam keterampilan ini akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah ataupun mengerjakan tes ulangan yang diberikan. 

Hal inilah yang menjadi penyebab pada prestasi akademik siswa menurun, ditambah lagi siswa akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman akibat buruknya keterampilan berpikir kritis dan kreatif seorang siswa tersebut. Jika dibiarkan terus berlanjut metode seperti ini akan berdampak buruk dan membuat siswa cenderung hanya menghafal pelajaran tanpa memahami materi secara mandalam, yang dimana ini bertentangan dengan tujuan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang holistik dan problem solving kepada siswa. Maka untuk mengatasi permasalahan ini diperlukannya penerapan teknologi dalam proses pembelajaran, yaitu sebuah inovasi masa depan dalam pembelajaran yang dapat diakses oleh semua orang bahkan orang awam sekalipun. Teknologi hadir dengan memberikan metode pembelajaran yang lebih interaktif, seperti penggunaan perangkat lunak edukasi, platform e-learning, dan aplikasi pembelajaran, sehingga dengan kehadiran teknologi ini dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak pembelajaran yang sulit serta meningkatkan motivasi belajar.

Maka dengan itu AR-Chain hadir sebagai platform pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan krisis kognitif siswa. Dengan penggunaan augmented reality (AR) dalam kegiatan sehari-hari pembelajaran di sekolah akan memberikan pengalaman belajar yang imersif dan interaktif, lalu ditambah dengan penggunaan blockchain public yang memungkinkan pencatatan serta penyimpanan data secara transparan dan aman yang dapat diamati oleh para siswa sebagai acuan mereka kedepannya untuk meningkatkan pembelajaran dan nilai akademis mereka.

Platform pembelajaran ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu: lapisan antarmuka AR untuk visualisasi 3D, lapisan pemrosesan data untuk analisis pembelajaran, lapisan blockchain untuk verifikasi kredensial, dan lapisan basis data untuk penyimpanan konten. Proses pembuatan dimulai dengan pengembangan konten AR interaktif menggunakan perangkat lunak Unity 3D. Selanjutnya blockchain diintegrasikan untuk mencatat aktivitas belajar dan penilaian secara transparan dan tidak dapat diubah, menggunakan smart contract dan penyimpanan terdesentralisasi seperti IPFS. Teknologi AR ini menggunakan marker-based tracking, sehingga siswa hanya cukup mengarahkan kamera ponsel mereka ke sebuah marker (penanda khusus) yang berupa sebuah gambar, kode QR, atau bahkan bisa juga ke halaman tertentu yang nemang didesain khusus, kemudian akan secara otomatis memproyeksikan gambar/objek 3D secara nyata lengkap dengan informasi yang dibutuhkan. Para siswa juga bisa memutar objek ini, memperbesar atau memperkecil atau bahkan menggerakan objek tersebut layaknya sebuah animasi. 

Dengan integrasi teknologi ini memungkinkan siswa berinteraksi dengan objek virtual dalam dunia nyata dan berperan meningkatkan keterlibatan dan motivasi belajar siswa secara drastis dengan keseruan dalam aplikasi tersebut serta nantinya setiap progres pembelajaran akan tercatat secara permanen. Teknologi ini dapat diakses melalui pemasangan aplikasi pada smartphone, sehingga lebih mempermudah dalam penggunaan bahkan bagi orang awam sekalipun. 

AR-Chain berpotensi meningkatkan retention rate pembelajaran hingga 75% melalui visualisasi 3D yang menciptakan pemahaman konsep abstrak menjadi konkret dan bersifat interaktif. Selain itu juga, dengan kehadiran teknologi ini dapat mengurangi kebutuhan alat peraga fisik atau alat praktikum lainnya, sehingga bagi sekolah yang tidak memiliki dana yang cukup, tetap dapat melanjutkan pembelajaran. Dengan demikian, kehadiran inovasi ini siap mencapai pendidikan yang bermutu dan tidak hanya sekadar menjawab tantangan krisis kognitif yang terjadi, tetapi juga mempersiapkan generasi muda Indonesia dengan keterampilan berpikir kritis dan visual yang esensial untuk menghadapi tantangan masa depan dalam menuju Indonesia Emas 2045 dan tantangan abad 21.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun