Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pelajaran Mahal dari Sakit Gigi, Minyak Cengkeh, dan Antibiotik Sisa

17 Oktober 2025   19:57 Diperbarui: 17 Oktober 2025   19:57 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meredakan sakit gigi. (Unsplash via Kompas.com)

Saya masih ingat denyut di gusi kanan bawah itu. Awalnya cuma ngilu kecil. Lalu pelan tapi pasti mengambil alih hari.

Saya pikir ini sakit gigi biasa. Mungkin ada sisa makanan yang nyelip. Atau saya kurang teliti saat sikat gigi. Ternyata tidak sesederhana itu.

Seperti banyak orang, saya punya jurus darurat. Dengan minyak cengkeh.

Begitu diteteskan, muncul rasa kebas dan nyeri mereda. Rasanya aman. Hanya sebentar. Besoknya gusi makin bengkak dan sakitnya justru makin dalam.

Di kesempatan lain, saya menemukan beberapa kapsul antibiotik sisa di laci. Godaannya besar untuk diminum tanpa bertanya ke siapa pun.

Pikiran saya waktu itu, ini kan antibiotik, mestinya membantu.

Belakangan saya sadar, yang saya lakukan hanya menenangkan gejala. Bukan menyelesaikan akar masalah. Bahayanya lagi, saya membuka pintu bagi resistensi antibiotik.

Dua Kebiasaan Kecil yang Bisa Jadi Masalah Besar

Minyak cengkeh bisa berguna dalam kondisi tertentu. Masalahnya, efek kebas sering menipu.

Nyeri hilang sesaat, lalu kita merasa infeksi ikut reda. Padahal prosesnya tetap berjalan diam diam.

Obat rumahan itu menggoda karena murah, mudah, dan terasa cepat. Pada kasus saya, ini cuma menunda penanganan. Luka kecil berubah jadi infeksi yang serius.

Kebiasaan minum antibiotik sisa juga umum. Banyak rumah menyimpannya dari sakit sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun