Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Skinhead: Wajah Ganda Antara Fasis dan Anti Rasis

30 September 2025   03:00 Diperbarui: 26 September 2025   16:17 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skinheads in London City in 1981. (via Wikimedia.org)

Bayangan orang tentang skinhead biasanya sederhana: kepala plontos, sepatu bot tinggi, jaket bomber. Gambaran itu lengket sekali, seolah mewakili semuanya.

Padahal ceritanya tidak sesingkat itu. Skinhead lahir dari kelas pekerja di Inggris, tumbuh sebagai subkultur yang dikenal luas dan sarat perlawanan (Britannica, 2024).

Komunitas ini terasa solid, tetapi juga penuh kontradiksi. Di dalamnya ada yang tegas menolak rasisme, ada yang berdiri melawan fasisme, dan ada pula yang justru menjadi corong kebencian.

Memahami mereka berarti menerima tarik menarik itu.

Masalahnya, pandangan umum sering jatuh ke jebakan hitam putih. Skinhead dicap rasis atau anti rasis, seolah tidak ada ruang di antara keduanya. Kenyataannya lebih berlapis dari itu (BBC Culture, 2019).

Banyak anak muda yang terseret arusnya tidak benar-benar memikirkan ideologi. Bagi mereka, ini pencarian identitas.

Mereka ingin diterima, jatuh hati pada musik yang keras dan berenergi, dan politik sering bukan prioritas.

Banyak yang berada di area abu abu: tidak ikut pawai fasis, tetapi juga tidak aktif di barisan antirasis. Mereka hanya ingin hidup, nongkrong dengan kawan, mendengarkan musik bagus, dan merasa menjadi bagian dari sesuatu.

Akar subkultur ini unik sekaligus sering dilupakan. Ia tumbuh di lingkungan kulit putih kelas pekerja Inggris, lalu mekar berkat pertemuan dengan para imigran (Subcultures List).

Terutama datangnya komunitas Jamaika setelah perang. Mereka membawa budaya baru, juga gelombang musik segar. Ska dan reggae mengisi ruang, anak muda kulit putih pun membaur.

Dari sana lahir generasi awal skinhead, kerap disebut Trojan Skinheads. Istilahnya merujuk pada Trojan Records, label yang merilis banyak musik Jamaika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun