Akses pinjaman modal pun kerap mentok, terutama di lembaga keuangan formal bagi yang belum punya rekam jejak.
Persaingan pasar juga keras. Usaha kecil harus berhadapan dengan perusahaan besar sekaligus produk impor yang harganya sering lebih kompetitif. Ini bukan semata perkara mental, ini soal akses dan sumber daya.
Karena itu fokus kebijakan perlu bergeser. Bukan hanya mendorong orang memulai, tetapi membangun ekosistem yang membuat mereka mampu bertahan dan tumbuh.
Tingkat kegagalan pada tahun-tahun awal tinggi. Banyak yang tumbang bukan karena produknya buruk, melainkan pemasaran yang lemah atau manajemen keuangan yang belum dikuasai. Pengetahuan dasar bisnis seperti ini krusial.
Kita perlu melihat gambar besarnya. Potensi wirausaha Indonesia besar sekali, tetapi masih tersangkut berbagai hambatan struktural.
Menaikkan rasio pengusaha bukan tugas satu dua orang. Ini kerja kolektif yang butuh solusi menyatu dari hulu ke hilir.
Mulai dari penyederhanaan regulasi, kemudahan akses modal bagi pemula, sampai pendampingan bisnis yang berkelanjutan. Kerja bersama seperti inilah yang akan mengubah potensi menjadi capaian nyata.
***
Referensi:
- Global Entrepreneurship Monitor. (2023). GEM 2022/2023 Global Report. Diakses dari https://www.gemconsortium.org/report/gem-20222023-global-report
- Kementerian Koperasi dan UKM. (2023). MenkopUKM: Target rasio kewirausahaan nasional capai 3,95 persen di 2024. Diakses dari https://kemenkopukm.go.id/read/menkopukm-target-rasio-kewirausahaan-nasional-capai-3-95-persen-di-2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI